Minggu, 02 Februari 2014

Hadits Tentang Pengajaran dan Pendidikan Anak


KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
            Puji syukur sama-sama kita panjatkan atas kehadirat rahmat dan nikmat Allah swt, yang telah diberikan kepada kita semua. Dan juga atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga pembuatan makalah ini selesai tepat pada waktunya.
            Dan juga shalawat dan salam mari sama-sama kita sanjung sajikan kepada Nabi besar kita  Muhammad saw. yang telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan . Dan juga kami ucapkan terima kasih kepada:
·         Guru bidang studi Hadits I yang telah membimbing
kami sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini.
·         Kepada seluruh pihak yang turut berpatisipasi dalam pembuatan makalah ini.
            Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan.
Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang penulis miliki masih sangat kurang. Oleh kerena itu, penulis harapkan kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan argument-argumen yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini dikemudian hari.

Wassalamu’alaikumWr. Wb.

Banda Aceh, Oktober 2013
                                                                                                                          
Penulis                                    
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii/iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A.   Pengajaran dan Pendidikan Tentang Anak 2
1.     Anak Lahir Atas Dasar Fitrah 3
2. Hal-Hal Yang Dilakukan Terhadap Anak Yang Baru Lahir 4
a.       Azan dan iqamah saat anak baru lahir 4
b.      Menyusui 5
c.       Aqiqah 6
d.      Mencukur rambut 7
e.       Memberi nama 8
3.     Pengajaran Menghindarkan Kebosanan 8
a.       Pendidikan dengan keteladanan 9
b.      Pendidikan dengan adat kebiasaan 9
c.       Pendidikan dengan nasehat 9
d.      Pendidikan dengan memberikan perhatian/pengawasan 11
e.       Pendidikan dengan memberikan hukuman 12
4.     Cobaan Tentang Anak 12
a.       Kemiskinan Yang Menerpa Keluarga 15
b.      Disharmoni Antara Bapak dan Ibu 16
c.       Perceraian dan Kemiskinan Sebagai Akibatnya 16
d.      Waktu Senggang Yang Menyita Masa Anak dan Remaja 19
e.       Pergaulan Negatif dan Teman yang Jahat 20
f.       Buruknya Perlakuan Orang Tua Terhadap Anak 20
g.      Film-film Sadis dan Porno 21
h.      Tersebarnya Pengangguran di Dalam Masyarakat 21
i.        Keteledoran Kedua Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak 22
j.        Bencana Keyatiman 22
BAB III PENUTUP 23
A. Kesimpulan 23
B. Saran 24
DAFTAR PUSTAKA 25


























BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar belakang masalah
Yang pertama kali dilihat oleh anak adalah rumah dan lingkungannya.tergambar dalam benaknya, kehidupan pertama yang dilihat dari sekitar mereka serta berbagai cara kehidupan mereka.jiwanya yang masih lentur siap menerima segala  yang diberikanpengaruh terhadapnya sesuai dengan lingkungan pertamanya. Imam Ghazali mengatakan, “anak merupakan amanah bagi kedua orang tuanya.hatinya yang masih suci merupakan mutiara yang masih  polos tanpa ukiran dan gambar. Dia siap diukir dengan cenbderung kepada apa saja yang mempengaruhinya, jika ia dibiasakan dan diajarkan untuk berbuat baik maka ia akan tumbuh menjadi anak yang baik, begitu juga sebaliknya. Sebagaimana Rasulullah telah bersabda bahwasanya setiap anak yang lahir itu dalam keadaan fitrah(islam). Maka orangtuanyalah yg membawanya serta mendidiknya ke jalan yang benar.

B.     Rumusan Masalah
1.      Mengkaji hadits seorang anak lahir dalam keadaan fitrah?
2.      Mengkaji hadits mengenai hal-hal yang dilakukan terhadap anak yang baru lahir?
3.      Mengkaji hadits cobaan tentang anak?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui hadits tentang anak lahir atas dasar fitrah serta ruang lingkupnya.
2.      Untuk mengetahui hadits tentang hal-hal yang dilakukan terhadap anak yang baru lahir.
3.      Untuk mengetahui hadits tentang cobaan tentang anak.




BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengajaran dan Pendidikan Tentang Anak
 Tanggung jawab orang tua yaitu memberikan pendidikan dan pengajaran yang baik bagi anak-anaknya.karena tidaklah anak yang baik itu melaikan atas pendidikan pertama yang pernah dia dapat dirumah atau yang pernah di ajarkan oleh orang tuanya, sampai-sampai Rasulullah meletakan kaidah mendasar yang  kesimpulannya adalah seorang anak itu tumbuh dan berkembang mengikuti agama orang tuanya.keduanya yang akan memberikan pengaruh yang kuat kepada sianak tersebut.
Iman Ghazali dalam risalahnya yang berjudul Ayyuhal Walad mengatakan bahwa makna tarbiah (pendidikan) serupa dengan pekerjaan seorang petani yang membuang duri dan mengeluarkan tumbuhan-tumbuhan asing atau rerumputan yang mengaggu tanaman agar bias tumbuh dengan baik dan membawa hasil yang maksimal.
Ibnu Qayyim juga menegaskan bahwa tanggung jawab ini dan memberikan keterangan yang cukup berguna.  bahwa Allah akan meminta pertanggung jawaban setiap orang tua tentang anaknya pada hari kiamat.sebelum anak yang meminta pertanggung jawab orang tuanya.

Sebagaimana Allah SWT telah berfirman dalam surat At-Tahrim ayat 6:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu”. (At-Tahrim: 6)

Diantara pendidikan anak yang harus diberikan oleh orangtua adalah sebagai berikut:

·         Menanamkan tauhid dan aqidah yang benar kepada anak.
·         Mengajari anak untuk melaksanakan ibadah.
·         Mengajarkan al-quran, hadits serta doa dan dzikir yang ringan kepada anak-anak.
·         Mendidik anak dengan berbagai adab dan akhlaq yang mulia.
·         Melarang anak dari berbagai perbuatan yang diharamkan.
·         Menanamkan cinta jihad serta keberanian.
·         Membiasakan anak dengan pakaian yang syar’i.
     
                  Dan berikut pembagian-pembagiannya :
1.    Anak Lahir Atas Dasar Fitrah

عَنْ أَ ِبيْ هر ير ةَ رَ ِضيَ الله عَنْهُ , قَا لَ لنَبِيُّ ص.م كل مَوْ لُوْ ٍد َ يُوْ لَدُ عَلَى الْفِطْرَ ةِ. فَأَ بَوَا هُ يُهَوِّدَا نِهِ أ وْ يُمَجِّسَا نِهِ (رواه البخاري)
Artinya: “Abu Hurairah r.a berkata : Nabi SAW. Bersabda:”tiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah(islami) ayah dan ibunya lah menjadikannya yahudi, nasrani atau majusi. (HR.Bukhari)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ؛
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم سُئِلَ عَنْ أَوْلاَدِ الْمُشْرِكِيْنَ.
اَللهُ أَعْلَمُ بِمَا كَانُوْا عَامِلِيْنَ. فَقَالَ
Hadis riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu:
Bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam pernah ditanya tentang anak orang-orang musyrik, lalu beliau menjawab: Allah lebih tahu tentang apa yang pernah mereka kerjakan.
Pesan Hadits
a)      Anak Lahir dalam keadaan Fitrah
b)      Atau anak lahir itu fitrah seperti kertas putih
c)      Yang menulisi kertas putih itu, adalah kedua orang tuanya.

Titik permasalahan hadits ini adalah pada kata “fitrah”. Menurut jumhur ulama, terdapat 3 pemahaman arti dari kata fitrah, yaitu sebagai berikut: 
1.      Fitrah adalah suatu keadaan manusia dimana ia itu terlepas dari dosa-dosa.
2.      Fitrah sebagai thabi’at dasar  manusia yang sudah tertanam sejak lahir.
3.      Konsep keTuhanan yang ditanamkan dari sejak zaman sebelum dilahirkan.
2.     Hal-Hal Yang Dilakukan Terhadap Anak Yang Baru Lahir
a.      Azan dan iqamah saat anak baru lahir
عن عبد الله بن أبى رافع عن أبيه قال رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم أذن فى أذن الحسن بن علي حين ولدته فاطمة بالصلاة (رواه  أبي داود )
Dari Ubaidillah bin Abi Rafi’ r.a Dari ayahnya, ia berkata: aku melihat Rasulullah saw mengumandangkan adzan di telinga Husain bin Ali ketika ia telah dilahirkan oleh Siti Fatimah. (HR. Abu Dawud).
           
Dalam hadits lain dikatakan :
أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم أَذَّنَ فيِ أُذُنِ الْحَسَنِ وَالْحُسَيْنِ رَضي اللَّهُ عَنْهُمَا حِينَ وُلِدَا ، وَأَمَرَ بِه[[1].
“Bahwasannya An-Nabi shollahu ‘alaihi wa sallam membacakan adzan ke telinga Al-Hasan dan Al-Husain ketika keduanya telah dilahirkan, dan beliau shollahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan hal tersebut”.


Lalu tentang fadhilah dan keutamaannya, Sayyid ‘Alawi al-Maliki menyebutkan:
الأَوَّلُ فِعْلُهُ فِيْ أُذُنِ الْمَوْلُوْدِ عِنْدَ وِلاَدَتِهِ فِيْ أُذُنِهِ الْيُمْنَى وَالإِقَامَةُ فِيْ أُذُنِهِ الْيُسْرَى وَهَذَا قَدْ نَصَّ فُقَهَاءُ الْمَذْهَبِ عَلَى نَدْبِهِ وَجَرَى بِهِ عَمَلُ عُلَمَاءِ الأَمْصَارِ بِلاَ نَكِيْرٍ وَفِيْهِ مُنَاسَبَةٌ تَامَّةٌ لِطَرْدِ الشَّيْطَانِ بِهِ عَنِ الْمَوْلُوْدِ وَلِنُفُوْرِهِمْ وَفِرَارِهِمْ مِنَ الأَذَانِ كَمَا جَاءَ فِي السُّنَّةِ[[2]] (مَجْمُوْعُ فَتَاوِيْ وَرَسَائِلُ، ۱۱۲)
“Pertama (yang harus dilakukan adalah) melantunkan adzan di telinga kanan anak yang baru dilahirkan dan iqamah di telinganya yang kiri. Para Ulama telah bersepakat bahwa perbuatan ini tergolong sunnah. Dan mereka telah mengamalkan hal tersebut tanpa seorangpun yang mengingkarinya. Perbuatan ini mengandung hikmah untuk mengusir syetan dari anak yang baru dilahirkan itu, karena syetan akan lari ketika mendengan adzan, sebagaimana keterangan dalam hadits Nabi Muhammad SAW”. (Majmu’ Fatawi Wa Rasail, 112).

Tujuannya ialah agar pelajaran yang pertama kali didengarnya ketika datang ke dunia adalah kalimat tauhid, sebaliknya nantinya ketika akan meninggal dunia diperdengarkan talqin yang di dalamnya ada kalimat tauhid. Hal ini dikarenakan agar sesuatu yang pertama kali menembus pendengaran manusia adalah kalimat-kalimat seruan Allah yang mengandung kebesaran dan keangungan-Nya, serta syahadah (kesaksian) pertama memasuki Islam. Hal tersebut merupakan talqin (pengajaran) baginya tentang syiar Islam ketika memasuki Islam. Hal tersebut merupakan talqin(pengajaran) baginya tentang syiar Islam ketika memasuki dunia, sebagaimana halnya kalimat tauhid yang ditalqinkan ketika akan meninggal dunia. Pengaruh azan tersebut akan meresap dalam kalbunya dan akan mempengaruhinya meskipun dia sendiri tidak menyadarinya.
Hikmah lainnya dari azan ini syaitan akan lari ketika mendengar azan, sedangkan syaitan selalu mengintip anak itu sehingga dia dilahirkan. Maka syaitan mendengar apa yang dapat melemahkan dan apa yang dibencinya pada saat dia terkait padanya.

b.      Menyusui

Diriwayatkan dari Ummu Salamah ra, dia menceritakan Rasulullah SAW pernah bersabda:
لا يحرّم من الرّضا عة إلاّ ما فتق الْأمعا ء في الثّديِ و كان قبل الفطا م (روا ه الترمزى )
Artinya: “Tidak haram karena penyusuan melainkan apa yang (seorang bayi) merasa cukup dengannya dan dilakukan sebelum disapih dari penyusuan. (HR. Tarmidzi)

و حَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ نَافِعٍ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يَقُولُ لَا رَضَاعَةَ إِلَّا لِمَنْ أُرْضِعَ فِي [[3]]الصِّغَرِ وَلَا رَضَاعَةَ لِكَبِيرٍ
Telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Nafi' bahwa Abdullah bin Umar berkata; "Tidak berlaku hukum penyusuan kecuali bagi yang disusui sewaktu kecil. Tidak ada hukum penyusuan bagi orang yang sudah dewasa."

.
Dan Allah juga telah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat: 233

والوا لدا ت يرضعن أولادهنّ حولين كا ملين لمن أراد أن يتمّ الرّضاعة ....          

Artinya: “Para ibu hendaknya menyusukan anak-anaknya selama 2 tahun penuh. Yaitu bagi ingin menyempurnakan penyusuan. (QS. Al-Baqarah: 233)

                       Allah SWT mewajibkan ibu menyusui anaknya selama 2 tahun, sebab Allah SWT tahu bahwa periode ini merupakan periode yang sangat penting dari berbagai aspek, baik kesehatan maupun kejiwaan bagi anak.

Jangan Sekedar Menyusui
Amru bin Abdillah pernah berkata kepada istri yang sedang menyusui anaknya, “Janganlah kau susui anakmu seperti binatang yang menyusui anaknya, yang hanya didorong oleh kasih saying kepada anak. Akan tetapi susuilah anakmu dengan niat mengharap pahala dari Allah dan agar dia hidupn melalui susuanmu itu. Mudah-mudahan dia kelak akan mentauhidkan dan menyembah Allah”.

c.      Aqiqah
Aqiqah adalah penyembelihan kambing pada hari ketujuh dari hari lahirnya. Menurut bahasa, aqiqah berarti pemotongan.

Para pengarang kitab sunnan (Ashabus sunnan) meriwayatkan dari Samirah, bahwa Rasulullah saw. telah  bersabda:
كل غلام رهينة بعقيقة تذبح عنه يوم سابعه ويخلق راْسه ويسمّى
(رواه النسا ئ وابو داود و أحمد)[[4]]
Artinya: “Setiap anak( yang lahir ) tergadai oleh aqiqahnya, maka disembelihkan kambing untuknya pada hari tersebut, dicukur rambutnya dan diberi nama. (HR. Nasa’i, Abu Dawud dan Ahmad)
 Dalam Hadits Ibnu ‘Abbas dikatakan :
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَقَّ عَنِ الْحَسَنِ وَالْحُسَيْنِ كَبْشًا كَبْشًا.[[5]]
Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengaqiqahi Al Hasan dan Al Husain, masing-masing satu ekor gibas (domba jantan).” (HR. Abu Daud)
      Dalam Hadits Ummul Mukminin- ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:
عَنْ يُوسُفَ بْنِ مَاهَكَ أَنَّهُمْ دَخَلُوا عَلَى حَفْصَةَ بِنْتِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ فَسَأَلُوهَا عَنِ الْعَقِيقَةِ فَأَخْبَرَتْهُمْ أَنَّ عَائِشَةَ أَخْبَرَتْهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَمَرَهُمْ عَنِ الْغُلاَمِ شَاتَانِ مُكَافِئَتَانِ وَعَنِ الْجَارِيَةِ شَاةٌ. قَالَ وَفِى الْبَابِ عَنْ عَلِىٍّ وَأُمِّ كُرْزٍ وَبُرَيْدَةَ وَسَمُرَةَ وَأَبِى هُرَيْرَةَ وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو وَأَنَسٍ وَسَلْمَانَ بْنِ عَامِرٍ وَابْنِ عَبَّاسٍ. قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ عَائِشَةَ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ. وَحَفْصَةُ هِىَ بِنْتُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِى بَكْرٍ الصِّدِّيقِ.[[6]]
“Dari Yusuf bin Mahak, mereka pernah masuk menemui Hafshah binti 'Abdirrahman. Mereka bertanya kepadanya tentang hukum aqiqah. Hafshah mengabarkan bahwa 'Aisyah pernah memberitahu dia, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan para sahabat untuk menyembelih dua ekor kambing yang hampir sama umurnya, untuk anak laki-laki dan satu ekor untuk anak perempuan."
Ia berkata, "Dalam bab ini ada hadits serupa dari Ali dan ummu Kurz, Buraidah, Samurah, Abu Hurairah, Abdullah bin Amru, Anas, Salman bin Amir dan Ibnu Abbas." Abu Isa berkata, "Hadits 'Aisyah ini derajatnya hasan shahih, sementara maksud Hafshah dalam hadits tersebut adalah (Hafshah) binti 'Abdurrahman bin Abu Bakar Ash Shiddiq." (HR. Tirmidzi)

d.     Mencukur Rambut
Mencukur rambut adalah anjuran Nabi yang sangat baik untuk dilaksanakan ketika anak yang baru lahir pada hari ketujuh
Imam Malik pernah meriwayatkan bahwa “Fatimah ra. menimbang rambut Hasan dan Husain, demikian juga rambut Ummu Kultsum, lalu menyedekahkan perak seberat rambut tersebut.”



e.     Memberi Nama
              Dalam riwayat Muslim disebutkan, bahwa Jabir berkata: “Salah seorang diantara kami dikaruniai seorang putra, lalu dia menamakannya Muhammad. Maka kaumnya kemudian berkata kepadanya, ‘Kami tidak akan membiarkanmu memberikan nama putramu dengan nama milik Rasulullah SAW. dia lalu pergi dengan menggendong anaknya untuk menghadap Nabi. Dia berkata kepada Nabi, “Ya Rasululla, aku dikaruniai seorang putra yang baru lahir, lalu aku beri nama Muhammad. Namun kaumku mengatakan kepadaku, ‘kami tidak akan membiarkanmu memberikan nama putramu dengan nama milik Rasulullah SAW.’
Rasulullah Kemudian bersabda : “Namai putra-putramu dengan menggunakan namaku (Muhammad), namun jangan memakai julukanku (Abul Qasim). Karena sesungguhnya aku adalah Qasim (pembagi), yang membagi diantara kalian.”

Berdasarkan hadits yang diriwayatkan Muslim dalam Kitab Shahihnya dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
      [[7]]لرَّحْمَنِ ا  عَبدُ وَ  عَبدُاللَّهِ إِلَى أَسمَائِكُمْ اللَّهِ أَحَبَّ إِنَّ
 “Sesungguhnya nama yang paling dicintai Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman.” (HR. Muslim)
Karena nama tersebut adalah nama terbaik, sampai-sampai di kalangan para sahabat terdapat sekitar 300 orang yang bernama Abdullah.

3.                   Pengajaran Menghindarkan Kebosanan

Metode pendidikan yang berpengaruh terhadap anak yaitu :
a.      Pendidikan dengan keteladanan.
b.     Pendidikan dengan adat kebiasaan.
c.      Pendidikan dengan nasehat.
d.     Pendidikan dengan memberikan perhatian.
e.      Pendidikan dengan memberikan hukuman.


a.    Pendidikan Dengan Keteladanan
            Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual, dan etos sosial anak. mengingat pendidikan adalah seorang figur terbaik dalam pandangan anak, yaitu tindak-tanduk dan bentuk perkataan, perbuatan dan tindak- tanduknya, akan senantiasa tertanam dalam kepribadian anak.      
Artinya:"sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik".(Q.S Al-ahzab:21)

b.     Pendidikan dengan Adat Kebiasaan
            Yakni, ia dilahirkan dengan naluri tauhid dan Iman kepada Allah. dari sini tampak peranan pembiasaan, pengajaran dan pendidikan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak dalam menemukan tauhid yang murni, budi pekerti yang mulia, rohani yang luhur dan etika religi yang lurus.
            Tidak ada yang meyangkal, bahwa anak akan tumbuh dengan Iman yang benar, berhiaskan diri dengan etika islami, bahkan sampai pada puncak nilai-nilai spiritual yang tinggi,dan kepribadian yang utama, jika ia hidup dengan dibekali dua faktor : pendidikan islami yang utama dan lingkungan yang baik.
            Kaitanya dengan faktor pendidikan yang islami,Rasulullah SAW.telah menegaskannya dalam hadist :
لأَنْ يُؤَدِّ بَ ا لرَّجُلُ وَلَدَهُ خَيْرٌ مِنْ اَنْ يَتَصَدَّقَ بِصَاعٍ
Artinya:"seseorang yang mendidik anaknya adalah lebih baik dari pada ia bersedekah dengan satu sebab".(HR.Tirmidzi)

c.    Pendidikan dengan nasehat
            Termasuk metode pendidikan yang cukup berhasil.dalam pembentukan aqidah anak dan mempersiapkannya baik secara moral, emosional maupun sosial, adalah pendidikan anak dengan petuah dan memberikan kepadanya nasehat-nasehat.
Artinya:"dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman."(QS.Adz-Dzariyat:55)
Asbabun Nuzul : Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Ali bin Abi Thalib berkata : "ketika turun (Q.S. 51 adzariyat : 54 ), yang memerintahkan agar rasulullah berpaling dari kami, tak seorang pun di antara yang hadir merasa akan selamat dari bahaya (siksaan Allah). Maka Allah turunkan ayat berikutnya (Q.S. 51 adzariyat : 55 ), yang menegaskan bahwa peringatan yang diberikan oleh Nabi Saw. Akan bermanfaat bagi kaum mukminin. Setelah turun ayat tersebut, barulah hati kami merasa tentram ."
Aritinya:"Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari kiamat."(QS.Ath-Thalaq:2) 
Metode Al-qur'an dalam menyajikan nasehat dan pengajaran mempunyai cirri tersendiri,seperti tampak dibawah ini:
1.      Seruan yang menyenangkan,seraya dibarengi dengan kelembutan atau upaya penolakan          
            Dibawah ini contoh-contoh dari seruan Al-qur'an :
a.       seruan untuk anak-anak
Artinya:"hai Anak-anaku,sesungguhnaya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam. "(QS.Al-Baqarah:132)
b.      seruan untuk kaum wanita
c.       seruan untuk bangsa-bangsa
d.      seruan kepada Orang-orang yang beriman
e.       seruan untuk Ahli kitab
Arinya:"hai ahli kitab,sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul kami, menjelasakan kepadamu banyak dari isi Al-kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkanya. sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan".
(QS.Al-maidah:15).
Asbabun Nuzul : Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Nabi Saw. Di datangi orang-orang yahudi yang bertanya tentang hukum rajam. Nabi Saw bertanya : "siapa diantara kalian yang paling alim ? " mereka menunjuk Ibnu Shuriya. Nabi Saw. Meminta kepadanya untuk menjawab dengan sebenarnya sambil bersumpah atas nama Allah yang telah menurunkan Taurat kepada Nabi Musa, yang mengangkat gunung Thur, dan menetapkan sepuluh janji yang telah diterima oleh mereka serta menggemparkan mereka. Berkatalah Ibnu Shuria : " ketika telah banyak kaum kami yang mati di rajam karena zina, kami tetapkan hukum dera seratus kali dan kami cukur kepalanya. " maka ditetapkanlah kembali kepada kaum yahudi hukum rajam. Lalu turunlah ayat ini (QS.5 Al-Maidah : 15) sebagai peringatan kepada orang yang telah melalaikan hukum-hukum Allah.
f.        seruan kepada seluruh umat Manusia

2.      metode cerita disertai perumpamaan yang mengandung pelajaran dan nasehat.
            Allah telah menceritakan kepada Rasulullah SAW. cerita-cerita yang paling baik, tentang kejadian-kejadian yang baik, sebagai cermin bagi umat manusia,dan menjadi peneguh Rasulullah SAW:
Artinya:"kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-quran kepadamu."(QA.Yusuf:3)

3.      metode wasiat dan nasehat

d.    Pendidikan dengan memberikan perhatian/pengawasan
Yang dimaksud pendidikan dengan perhatian adalah senantiasa mencurahkan perhatian penuh dan mengikuti perkembangan aspek akidah dan moral anak, mengawasi dan memperhatikan kesiapan mental dan sosial, disamping selalu bertanya tentang situasi pendidikan jasmani dan kemampuan ilmiahnya.
           
Dibawah ini beberapa nash tentang keharusan memperhatikan dan melakukan pengawasan:

1.      Perhatianya dalam pendidikan sosial
Artinya: "janganlah duduk-duduk ditepi jalanan! para sahabat bertanya,'apakah boleh jika kami duduk-duduk  hanya untuk berbincang-bincang? 'Rasulullah SAW. bersabda,' jika memang kalian harus duduk-duduk disana,maka berikanlah  jalan.'mereka bertanya,'apakah baik jalan itu wahai Rasulullah? 'Rasulullah SAW. bersabda, undukanlah pandangan, jangan mengganggu, mambalas ucapan salam, memerintahkan untuk melaksanakan yang ma'ruf dan mencegah dari sesuatu yang mungkar". 
2.      Perhatiannya dalam memperingati yang haram
3.      Perhatiannya dalam mendidik anak kecil
4.      Perhatiannya dalam memberi petunjuk kepada kaum dewasa
5.      Perhatiannya dalam pendidikan moral
6.      Perhatiannya dalam pendidikan spiritual
7.      Perhatiannya dalam pendidikan jasmani
8.      Perhatiannya dalam  pendidikan dakwah kepada orang lain dengan lemah lembut


e.     pendidikan dengan hukuman
            Syariat islam yang lurus dan adil serta prinsip-prinsipnya yang universal, sungguh memiliki peran dalam melindungi kebutuhan-kebutuhan primer yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan umat manusia.Dalam hal ini para imam mujtahid dan ulama usul fiqh menggaris bawahinya pada lima perkara Mereka menanamkannya sebagai adh-dharuriyyat al-khams (lima keharusan) atau kulliyyat al-khams. yakni, menjaga agama, menjaga jiwa, menjaga kehormatan, menjaga akal dan menjaga harta benda. mereka berkata,"sesungguhnya semua yang disampaikan dalam undang-undang islam, berupa hukum, prinsip-prinsip dan syariat, semuanya bertujuan untuk menjaga dan ,memelihara lima keharusan tersebut."

4.  Cobaan Tentang Anak    

      Seorang pendidik, baik orangtua maupun guru hendaknya mengetahui betapa besarnya tanggung-jawab mereka di hadapan Allah ‘azza wa jalla terhadap pendidikan putra-putri islam.

Hal pertama Bunda, tahukah dikau bahwa kesuksesan adalah cita-cita yang panjang dengan titik akhir di Negeri Abadi? Belumlah sukses jika anakmu menyandang gelar atau jabatan yang tertinggi, atau mengumpulkan kekayaan terbanyak. Belum Bunda, bahkan sebenarnya itu semua tak sepenting nilai ketaqwaan. Mungkin itu semua hanyalah jalan menuju ke Kesuksesan Sejati. Atau bahkan, bisa jadi, itu semua akan menjadi penghalang kesuksesan sejati.

Allah SWT berfirman:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS 3:185)

Begitulah Bunda, hidup ini hanya kesenangan yang menipu, maka janganlah tertipu dengan tolok ukur yang semu. Pancangkanlah cita-cita untuk anak-anakmu di Negeri Abadi, ajarkanlah mereka tentang cita-cita ini. Bolehlah mereka memiliki beragam cita-cita dunia, namun janganlah sampai ada yang tak mau punya cita-cita Akhirat.

Kedua, setelah memancangkan cita-cita untuk anak-anakmu, maka cobalah memulai memahami anak-anakmu. Ada dua hal yang perlu kau amati:
Pertama, amati sifat-sifat khasnya masing-masing. Tidak ada dua manusia yang sama serupa seluruhnya. Tiap manusia unik. Pahami keunikan masing-masing, dan hormati keunikan pemberian Allah SWT.
Kedua, Bunda, fahami di tahap apa saat ini si anak berada. Allah SWT mengkodratkan segala sesuatu sesuai tahapan atau prosesnya.
Anak-anak yang merupakan amanah pada kita ini, juga dibesarkan dengan tahapan-tahapan.

Tahapan sebelum kelahirannya merupakan alam arwah. Di tahap ini kita mulai mendidiknya dengan kita sendiri menjalankan ibadah, amal ketaatan pada Allah dan juga dengan selalu menjaga hati dan badan kita secara prima. Itulah kebaikan-kebaikan dan pendidikan pertama kita pada buah hati kita.

Pendidikan anak dalam Islam, menurut Sahabat Ali bin Abitahalib ra, dapat dibagi menjadi 3 tahapan/ penggolongan usia:
1.      Tahap BERMAIN (“la-ibuhum”/ajaklah mereka bermain), dari lahir sampai kira-kira 7 tahun.
2.      Tahap PENANAMAN DISIPLIN (“addibuhum”/ajarilah mereka adab) dari kira-kira 7 tahun sampai 14 tahun.
3.      Tahap KEMITRAAN (“roofiquhum”/jadikanlah mereka sebagai sahabat) kira-kira mulai 14 tahun ke atas.

Ketiga tahapan pendidikan ini mempunyai karakteristik pendekatan yang berbeda sesuai dengan perkembangan kepribadian anak yang sehat. Begitulah kita coba memperlakukan mereka sesuai dengan sifat-sifatnya dan tahapan hidupnya.
Hal ketiga adalah memilih metode pendidikan. Setidaknya, dalam buku dua orang pemikir Islam, yaitu Muhammad Quthb (Manhaj Tarbiyah Islamiyah) dan Abdullah Nasih ’Ulwan (Tarbiyatul Aulad fil Islam), ada lima Metode Pendidikan dalam Islam.

Yang pertama adalah melalui Keteladanan atau Qudwah, yang kedua adalah dengan Pembiasaan atau Aadah, yangketiga adalah melalui Pemberian Nasehat atau Mau’izhoh, yang keempat dengan melaksanakan Mekanisme Kontrolatau Mulahazhoh, sedangkan yang terakhir dan merupakan pengaman hasil pendidikan adalah Metode Pendidikan melalui Sistem sangsi atau Uqubah.
Bunda, jangan tinggalkan satu-pun dari ke lima metode tersebut, meskipun yang terpenting adalah Keteladanan(sebagai metode yang paling efektif).

Setelah bicara Metode, ke empat adalah Isi Pendidikan itu sendiri. Hal-hal apa saja yang perlu kita berikan kepada mereka, sebagai amanah dari Allah SWT.
Setidak-tidaknya ada 7 bidang. Ketujuh Bidang Tarbiyah Islamiyah tersebut adalah: (1) Pendidikan Keimanan (2) Pendidikan Akhlaq (3) Pendidikan Fikroh/ Pemikiran (4) Pendidikan Fisik (5) Pendidikan Sosial (6) PendidikanKejiwaan/ Kepribadian (7) Pendidikan Kejenisan (sexual education). Hendaknya semua kita pelajari dan ajarkan kepada mereka.

Ke lima, kira-kira gambaran pribadi seperti apakah yang kita harapkan akan muncul pada diri anak-anak kita setelah hal-hal di atas kita lakukan? Mudah-mudahan seperti yang ada dalam sepuluh poin target pendidikan Islam ini:
Selamat aqidahnya, Benar ibadahnya, Kokoh akhlaqnya, Mempunyai kemampuan untuk mempunyai penghasilan, Jernih pemahamannya, Kuat jasmaninya, Dapat melawan hawa nafsunya sendiri, Teratur urusan-urusannya, Dapat menjaga waktu, Berguna bagi orang lain.

Anakpun dapat pula menjadi cobaan (fitnah) atau bahkan sebagai musuh bagi kedua orang tuanya, bila anak berkembang tanpa didikan yang baik dan benar.
Diantara haditsnya  adalah yang diriwayatkan Ibnu Majah dari Ka’b bin ‘Iyadh radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الْوَلَدَ مَبْخَلَةٌ مَجْبَنَةٌ
“Sesungguhnya anak itu penyebab kekikiran dan ketakutan. ” (HR. lbnu Majah)
Maksud dari hadits ini adalah anak akan membawa kedua orangtuanya untuk berbuat bakhil dan mendorongnya untuk bersifat demikian sehingga dia menjadi kikir harta karenanya, serta meninggalkan jihad karenanya. Hadits ini juga mengabarkan bahwa hendaknya seseorang berhati-hati terhadap anak, yang dapat menyebabkan munculnya sifat-sifat ini. Juga akan memunculkan akhlak yang demikian. Ada sebagian kaum yang membenci untuk meminta dikaruniai anak karena khawatir keadaan yang tidak mampu dia tolak dari dirinya, sebab menetapnya hal ini (pada diri manusia) secara alami dan mesti terjadi.
    


Allah juga telah berfirman:
يا يها الذين اموا ان منارواجكم واولادكم عدوا لكم فا حذ رهم وإن تعفوا و تصفحوا وتغفروا فإن الله  غفورٌ رّحيم 
                
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya diantara istri dan anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, karena itu kalian harus waspada dan berhati-hati pada mereka, dan bila kamu memaafkan serta mengampuninya, maka sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi penyayang” (QS. Ath-Thagabun: 14)

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Alah mengingatkan kepada orang-orang yang beriman supaya waspada dan berhati-hati dalam mencintai, mengasihi anak istri agar tidak berlebihan, sebab diantara mereka ada yang berupa musuh dalam selimut pada tubuh kita, yaitu apabila sampai dapat merintangi kita beramal shaleh atau melalaikan kita dari zikrullah serta tuntunan ajaran Allah. Seorang mukmin wajib mengetahui dan memahami bahwa yang paling utama dari seluruh kepentingan hidupnya ialah taat, beriman dan menjalankan perintah Allah serta menjauhi larangan-Nya.

Adakalanya istri dan anak itu mendorong suami untuk memutuskan hubungan family dan kerabat atau mendurhakai orangtua, maka suami karena sangat mencintai istrinya, iapun menuruti ajakan istri atau anak-anaknya. Inilah yang diperingatkan oleh Allah supaya waspada dan berhati-hati, sebab jika akan menjurumuskan kita kedalam neraka jelas mereka menjadi musuh, bukan kawan hidup yang baik.

a.     Kemiskinan Yang Menerpa Keluarga
Sebagaimana diketahui, jika anak tidak dapat menikmati sandang dan pangan secara layak di dalam rumahnya, tidak mendapatkan orang yang akan memberinya sesuatu yang menunjang kehidupannya, kemudian ia melihat bahwa di sekitarnya penuh dengan kemiskinan dan kesusahan, maka anak akan meninggalkan rumah untuk mencari rezeki dan bekal penghidupan. Dengan demikian, ia akan mudah diperdaya oleh tangan-tangan jahat penuh dosa, kejam, dan tidak bermoral. Sehingga ia akan tumbuh di dalam masyarakat menjadi penjahat          berbahaya yang mengancam jiwa, harta dan kehormatan.    


b.     Disharmoni Antara Bapak dan Ibu
Diantara persoalan yang dapat menimbulkan kenakalan pada anak adalah suasana disharmoni hubungan antara bapak dan ibu pada banyak kesempatan mereka berkumpul dan bertemu. Ketika anak membuka matanya didalam rumah dan melihat secara jelas terjadinya pertengkaran antara bapak dan ibunya, ia akan lari meninggalkan suasana rumah yang membosankan, dan keluarga yang kacau untuk mencari teman bergaul yang dapat menghilangkan keresahannya. Jika teman-teman bergaulnya adalah orang-orang jahat, maka secara perlahan ia akan terseret ke dalam kenakalan, dan jatuh kedalam akhlak dan kebiasaan yang buruk. Bahkan kenakalannya itu dapat bertambah sehingga menjelma menjadi perusak negara dan bangsa.
      
Dengan dasar-dasar yang bijaksana dan abadi, islam telah menggariskan metode yang bijak bagi individu yang akan melamar untuk mencari atau memilih seorang istri yang baik, sebagaimana telah menggariskan pula cara yang utama bagi para wali yang anak-anaknya di lamar untuk memilih calon suami yang baik. Semua itu di maksudkan untuk mewujudkan rasa cinta kasih, saling pengertian dan tolong-menolong antara suami istri, di samping untuk menghindari dilematika keluarga dan perselisihan yang biasa terjadi diantara suami istri.

c.      Perceraian dan Kemiskinan Sebagai Akibatnya
         Sudah merupakan kenyataan, bahwa anak sejak ia mulai membukakan matanya di dunia ini dengan tanpa melihat seorang ibu yang menyayanginya, dan tidak pula melihat seorang ayah yang senantiasa memenuhi segala kebutuhan dan senantiasa menjaganya, akan mudah terjerumus dalam kejahatan dan dibesarkan dalam kerusakan dan kenakalan.
        
Lebih negatif lagi, jika sang ibu yang telah diceraikan itu menikah lagi dengan suami lain. Seringkali keadaan ini menyebabkan anak jadi terlunta-lunta tidak terabaikan dan berusaha lari dari rumah.
         
Problema ini adalah jatuhnya si ibu kedalam kemiskinan setalah diceraikan oleh suaminya. Di dalam situasi seperti ini, ia terpaksa bekerja di luar rumah. Ia harus meninggalakan rumah atau membiarkan anak-anak kecil bermain di jalanana, dibayangi malapetaka siang dan malam, tanpa mendapatkan perlindungan. Maka, apa yang dapat kita harapkan dari anak-anak yang tidak mendapatkan kasih sayang, perhatian dan tanggung jawab ibu dan bapak?
        Oleh karena itu, dengan prinsip-prinsip yang bijak, islam memerintahkan kepada masng-masing pasangan suami istri untuk menjalankan hak-hak dan kewajiban mereka berdua. Sehingga mereka tidak terperosok kedalam suatu problema yang dapat menimbulkan hal-hal yang tidak terpuji.
           
Di antara hak-hak dan kewajiban itu adalah:
a.       Istri menaati suaminya dengan cara ma’ruf.
          Artinya : "Pukullah mereka dan tidak memukul (istri yang baik) kecuali orang yang jahat di antaramu"[[8]]

Sababul wurud :
Bahwa banyak laki-laki mengeluh kepada Rasululah tentang perlakukan yang tidaksenonoh dari istri-istri mereka. Maka Rasululah mengizinkan mereka memukulnya. Berkelilinglah pada malam itu kaum wanita yang jumlahnya cukup banyak, mereka membicarakan apa yang telah diderita istri-istri kaum muslimin, akhirnya Rasulullah melarang mereka dipukul. Berkatalah kaum pria: "Ya Rasulullah, wanita-wanita itu sudah melebihi kaum pria ". Rasulullah bersabda : "pukullah mereka.........dan seterusnya ".

Keterangan :
Hadits ini membolehkan memukul istri memukul istriyang durhaka (nusuz) setelah terlebih dahulu diusahakan nasihat dan perbaikan-perbaikan. Allah berfirman: "Wanita-wanita-wanita yang kalian khawatiri kedurhakaannya maka nasihatilah (terlebih dahulu) merekadan pisahkanlah diri dari tempat tidur mereka dan (jika mereka tidak mematuhi), pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu janganlah kalian mencari-cari alasan untuk menyusahkan mereka. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi dan Maha Besar ". (An-Nisa:34). Dan sebaik-baiknya cara pengobatan atau perbaikan adalah bijaksana, sebagaimana yang diperintahkan Allah.
b.      Istri menjaga harta suami dan memelihara kehormatan dirinya sendiri.
c.       Apabila suaminya ingin menggaulinya, maka ia tidak menolaknya.
اَخْبِرْهَا اَنَّهَا عَامِلَةٌ مِنَ اللهِ وَلَهَا نِصْفُ اَجْرِالْمُجَاهِدِ[[9]]
Artinya : beritahukan kepadanya bahwa dia "pekerja-wanita"dari Allah dan baginya pahala separuh pahala orang yang berjuang".

Sababul wurud :
Bahwa sorang laki-laki telah berkata : "Ya Rasulullah, isteri saya jika saya datang kepadanya, dia berkata : "wahai suamiku, panutanku dan panutan keluargak, selamat datang ". dan jika ia melihatku tengah bersedih, iapun berkata : "Apa yang menyedihkanmu di antara kehidupan dunia ini tidaklah merasa cukup dengan kehidupan akhirat kelak ? " Rasulullah bersabda : " beritahukan kepadanya bahwa ………dan seterusnya ".
Keterangan :
Wanita yang bertanggung jawab terhadap hak suaminya adalah yang mau menasihati suaminya, setia dalam duka dan derita , baginya pahalanya separuh pahala mujahid.

d.      Suami berkewajiban memberikan nafkah kepada istri dan anak-anaknya. Allah berfirman :
Artinya : ''Dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf'' (Al-Baqarah : 233)
عَنْ حَكِيْمِ بْنِ مُعاَوِيَةَ الْقُشَيْرِي عَنْ اَبِيْهِ قَالَ : قُلْتُ : يَارَسُوْلَ اللهِ ، مَا حَقُّ زَوْجَةِ اَحَدِنَاعَلَيْهِ ؟ قَالَ (اَنْ تُطْعِمَهَا اِذَا طَعِمْتَ، وَتَكْسُوَهَا اِذَا اكْتَسَيْتَ)
Dari Hakim bin Mu'awiyah al-Qusyairi, dari bapany. Ia berkata : saya bertanya : Ya Rasulallah apa kewajiban seseorang dari kami terhadap isterinya ? sabdanya : ''Bahwa engkau beri dia makan bila engkau makan, dan engkau beri dia pakaian apabila engkau pakai".

e.       suami mengadakan musyawarah dengan istri di dalam urusan rumah tangga, Ahmad
dan Abu Daud meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. Bersabda:
اَمِرُوا النِّسَاءَ فِي بَناَ تِهِنَّ. (رواه أحمد وابو داود)
   “ Bermusyawaralah dengan istri-astri kamu tentang putri-putri mereka.”

d.    Waktu Senggang Yang Menyita Masa Anak dan Remaja
            Di antara masalah fundamental yang sering mengakibatkan kenakalan anak-anak ialah karena kurangnya pemanfaatan waktu senggang oleh anak-anak dan para remaja. Seperti telah kita ketahui, bahwa anak, sejak masa pertumbuhannya sudah suka bermain, bersenda gurau, rekreasi dan gemar menikmati keindahan alam. Sehingga kita melihat anak selalu aktif bergerak dalam bermain dengan teman-teman sebayanya, memanjat pohon dan berlompat-lompatan, berolah raga, dan bermain bola.
           
 Para pendidik harus memanfaatkan kenyataan ini pada diri anak-anak dan yang ada pada masa pubertas. Sehingga mereka memenuhi waktu-waktu senggang dengan berbagai aktivitas yang menyehatkan badan, memperkuat otot dan organ-organ tubuh mereka.
Di antara metode-metode tersebut adalah, membiasakan anak untuk beribadah, terutama shalat yang dipandang oleh islam sebagai tiang dan fondasi agama. Sebab, shalat mempunyai dampak rohani maupun jasmani, di samping moral dan psikologikal.
          
 Sering kita mendengar para dokter mengatakan, bahwa badan apa bila digerakkan dengan berjalan dan berolah raga setelah makan, maka tidak akan terkena penyakit perut besar, kesulitan pencernaan, dan penyakit-penyakit lainnya.
           
Tidak aneh bila kita mendengar dari orang yang tidak berbicara atas dasar hawa nafsu ( Rasulullah Saw.) menganjurkan kepada para orang tua dan pendidik untuk untuk memerintah anak-anak supaya mengerjakan shalat ketika mencapai umur tujuh tahun, sehingga mereka terbiasa melakukan dan mempergunakan waktu-waktu kosong untuk mempelajari shalat dan membiasakannya. Perhatikan sabda Rasulullah Saw. Berkenaan dengan masalah ini :
مُرُوْا اَوْلاَ دَ كُمْ بِا لصَّلاَةِ وَهُمْ اَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ ، وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ اَبْنَاءُ عَشَرٍ ، وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ. (رواه الحاكم وابو داود)
           “ suruhlah anak-anak mu menjalankan ibadah shalat jika mereka sudah berusia tujuh tahun. Dan jika mereka telah berusia sepuluh tahun, pukullah ia ( bila tidak mau melakukan shalat), dan pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR. Al-Hakim dan Abu Dawud).

e.      Pergaulan Negatif dan Teman yang Jahat
Di antara sebab utama yang mengakibatkan anak menjadi nakal adalah pergaulan negatif dan teman yang jahat. Terutama jika anak itu bodoh, lemah akidahnya dan mudah terombang-ambing akhlaknya. Mereka akan cepat terpengaruh oleh teman-teman yang nakal dan jahat, cepat mengikuti kebiasaan-kebiasaan dan khlak yang rendah. Sehingga perbuatan jahat dan kenakalan menjadi bagian dari tabi'at dan kebiasaannya. Dengan demikian, sulit mengembalikannya ke jaln yng lurus dan menyelamatkannya dari kesesatan serta kesengsaraan.

Denga ajran-ajarannya yang bersifat mendidik, islam telah mengarahkan para orang tua dan pendidik untuk memperhatikan anak-anak secara sempurna. Terutama sekali pada masa perkembangan pubertas, sehingga mereka benar-benar mengetahui siapa orang-orang yang menemani, dan ke mana saja mereka pergi. Kemudian Islam memberikan petunjuk untuk  memilihkan teman yang baik untuk anak-anak mereka supaya memperingatkan anak mereka terhadap teman-teman yang jahat dan buruk, sehingga tidak ikut terjerat di dalam kesesatan dan kenakalan mereka.
           
Berikut ini petunjuk dan peringatan Islam terhadap pergaulan denga teman yang jahat dan rusak. Dan Firman-Nya :
yang menyertai dia[10] berkata (pula): "Ya Tuhan Kami, aku tidak menyesatkannya tetapi Dialah yang berada dalam kesesatan yang jauh". (Qaaf : 27).

''teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa'' .( QS. Az-zukhruf : 67)     

f.      Buruknya Perlakuan Orang Tua Terhadap Anak
Allah SWT berfirman :
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”. (QS. An-Nahl : 90)

Tafsir : Allah mengancam mereka dengan neraka dan menakut-nakuti dengannya. Allah Ta'ala berfirman, " jagalah dirimu dari api neraka yang disediakan bagi orang-orang kafir. Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya agar kamu diberi rahmat." Kemudian Allah menganjurkan kepada mereka supaya bergegas dalam melakukan kebaikan dan bersegera dalam meraih kedekatan dengan Allah. Allah Ta'ala berfirman, "Dan bergegaslah kamu menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa." Maksudnya, sebagaimana neraka disediakan bagi orang-orang kafir. Ada pendapat yang mengatakan bahwa maksud firman Allah Ta'ala, "Seluas langit dan bumi" merupakan permberitahuan betapa luasnya surga itu, sebagaimana Allah berfirman ketika menerangkan sifat surga, "Bagian dalamnya dari sutra." Lalu, bagaimana dugaanmu dengan bagian luarnya. Ada pula pendapat yang mengatajan bahwa lebarnya surga itu seperti panjangnya, karena ia berbentuk kubah dan berada di bawah 'Arsy. Maka lebar sesuatu yang berbentuk kubah dan bulat adalah sama dengan panjangnya. Hal itu ditunjukkan pula oleh keterangan yang terdapat dalam sahihah (556), "Apabila kamu memohon surga kepada Allah, maka pintalah surga Firdaus, karena ia merupakan surga yang paling tinggi dan paling luas. Dari Firdauslah memancar aneka sungai surga. Atap Firdasuh adalah 'Arsy Ar-Rahman."

g.     Film-film Sadis dan Porno
Di antara faktor yang menyebabkan kenakalan anak-anak dan dorongan untuk melakukan perbuatan jahat dan dosa, adalah film-film cerita kriminal dan porno yang mereka lihat di gedung-gedung bioskop, televisi, majalah dan buku-buku cerita cabul yang mereka baca. Semua itu dapat mendorong anak untuk menyimpang dan melakukan tindak kejahatan, semua itu mampu merusak akhlak orang-orang dewasa. Karenanya, bagaimanakah dengan para remaja dan anak-anak kecil ?
           
Sudah barang tentu, ketika anak menginjak masa baligh, gambar-gambar dan tontonan ini akan melekat di dalam benak dan khayalannya, tidak ada yang lebih berbahaya bagi anak-anak remaja, selain daripada tontonan-tontonan yang mendorongnya untuk melakukan tindak kejahatan, kerusakan dan kehinaan, apalagi jika anak dibiarkan tidak mendapatkan pengawsan.

h.      Tersebarnya Pengangguran di Dalam Masyarakat
Di antara faktor fundamental yang menyebabkn kenkalan anak-anak adalah, banyaknya pengangguran ditengah-tengah masyarakat. Karenanya, seorang bapak yang mempunyai istri dan anak-anak, tetapi sulit mendapatkan mata pencaharian dan harta yang dapat menutupi rasa lapar keluarga dan anak-anaknya, dan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka, maka seluruh anggota keluarganya akan berantakan dan sia-sia. Anak-anak cenderung menjurus kepada kenakalan dan tindak kejahatan. Bahkan barangkali kepala keluarga dan anggotanya akan brfikir untuk mendapatkn harta dengan jalan haram, semisal mencuri, merampas, dan mengoyak. Jika demikian, maka kekacauan dan kehancuran segera menimpa suatu masyarakat.

i.       Keteledoran Kedua Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak

Islam telah membebani para bapak dan ibu suatu tanggung jawab yang sangat besar di dalam mendidik anak-anak dan mempersiapkan mereka dengan persiapan yang sempurna untuk menanggung beban hidup mereka. Islam juga telah mengancam mereka dengan adzab yang berat, jika melakukan penghianatan dan menyepelekan tanggung jwab mereka :
''Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan''. (QS. At-Tahrim : 6 )
 أَدِّ بُوْا أَوْلاَ دَ كُمْ وَاَحْسِنُوْا أ َدَ بَهُمْ (رواه ابن ماجه)
"Didiklah anak-anak kamu dengan pendidikan yang baiak"

j.      Bencana Keyatiman
Yang menyebabkan kenakalan anak adalah keyatiman yang menimpa anak-anak ketika masih dalam usia muda belia. Anak yatim yang ditinggalkan bapaknya ini, jika tidak mendapatkan orang yang akan mengasihani dan menyayanginya, tidak mendapatkan orang yang akan mengangkat derajat dan menutupi kebutuhannya, maka secara perlahan-lahan, anak akan mengarah pada kenakalan dan kejahatan. Bahkan akan menjadi alat penghancur umat pemecah kesatuan dan bidang kekacauan di tengah-tengah mereka.
Islam telah memerintahkan kepada para wali dan setiap orang yang bertanggung jawab atas segala urusannya untuk  mengurusi anak yatim untuk memperlakukan mereka secara baik dan penuh kasih saying dalam memeliharanya. Sehingga mempunyai ikatan kerabat, serta mendapatkan cinta dan menjadikan mereka berakhlak mulia dan berbudi pekerti. 
Allah SWT berfirman:
‘sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu Berlaku sewenang-wenang’ (QS. Ad-Dhuha :9)























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu”. (At-Tahrim: 6)

Dan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap di antara kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban”
Untuk itu, orang tua harus tahu apa saja yang harus diajarkan kepada seorang anak serta bagaimana metode yang telah dituntunkan oleh junjungan umat ini, Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

            Betapa banyak faktor penyebab terjadinya kenakalan pada anak yang dapat menyeret mereka pada moral dan ketidakberhasilan pendidikan mereka di dalam masyarakat, dan kenyataan kehidupan yang pahit penuh dengan "kegilaan" . betapa banyak sumber kejahatan dan kerusakan yang menyeret mereka dari berbagai sudut dan tempat berpijak.
           
 Oleh karena itu, jika para pendidik tidak dapat memikul tanggung jawab dan amanat yang dibebankan kepada mereka, dan pula tidak mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kelainan pada anak-anak serta upaya penanggulangannya, maka akan terlahir suatu generasi yang bergemilang dosa dan penderitaan di dalam masyatrakat.
           
Beberapa faktor yang menimbulkan kenakalan pada anak adalah : kemiskinan yang menerpa keluarga, disharmoni antara Bapak dan Ibu, perceraian dan kemiskinan sebagai akaibatnya, waktu senggang yang menyita masa anak dan remaja, pergaulan negatif dan teman yang jahat, buruknya perlakuan Orang Tua terhadapa anak, film-film sadis dan porno, tersebarnya pengangguran di dalam masyarakat, keteledoran kedua orang tua terhadap pendidikan anak dan bencana keyatiman.
            Pengajaran yang paling baik adalah bukan hanya menerangkan materi pada siswa akan tetapi menggunakan berbagai metode supaya tidak membosankan anak-anak yaitu dengan pendidikan keteladanan, adat kebiasaan, nasehat, memberikan perhatian dan pendidikan dengan memberikan hukuman . 

B.   Saran
Dengan kemampuan kita berfikir di harapkan kepada semua pihak setelah membaca makalah ini dapat meningkatkan kualitas pemahaman yang mendalam mengenai hadits tentang pengajaran dan pendidikan anak. Sehingga dapat menerapkan semua makna yang terkandung di setiap hadits-hadits tersebut. Karena semua itu dapat membuat kita semua menjadi lebih menghargai, mencintai, juga memaknai setiap kelahiran seorang anak tersebut, sehingga ber-imbas kebaikan dalam kehidupan kita nantinya. 






DAFTAR PUSTAKA

·         Mahmud Mahdi Al Istanbuli, Seni Mendidik Anak, Pustaka Azzam, Cairo: 2007
·         Drs. Moh. Machfuddin Aladip, Fikih Wanita, PT Karya Toha Putra, Semarang: 1985
·         Husain Fadhhullah, Dunia Anak, PT Cahaya, Libanon: 2002
·         Ibnu Qayyim Al-jauziyyah, Kado Menyambut Si Buah Hati, Pustaka Alkausar, Jakarta: 2007
·         Muhaamad Faiz Al Math, 1100 Hadits Terpilih, Daarul Kutub Al-arabiyyah,Jakarta:  1991
·         Suwaid Muhammad, Mendidik Anak Bersama Nabi, Pustaka Arafah, Solo: 2003
·         Ghofar Abdul, Fiqh Wanita, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta: 1998
            Ar-Rifa'i, Muhammad Nasib. 1998. Taisiru al-Aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 1. Riyadh: Maktabah Ma'arif.
            Dr. Ulwan, Abdullah Nashih. 1999. Tarbiyatul Aulad fil IslamJilid 1. Beirut: Darus Salam.
           Dr. Ulwan, Abdullah Nashih. 1999. Tarbiyatul Aulad fil Islam Jilid 2. Beirut: Darus Salam.
           Hassan, A. 1991. Tarjamah Bulughul Maraam. Bandung: CV Penerbit Diponegoro.
           K.H.Q. Shaleh, H.A.A. Dahlan, dkk. 2000. Asbabun Nuzul. Bandung: CV Penerbit Diponegoro.



[1] . Hadist riwayat Abu Rafi’ yang terdapat dalam riwayat At-Tabrany di dalam kitab Al- Mu’jam Al-Kabiir (no. hadits: 926)
[2]. Hadits riwayat Sayyid ‘Alawi al-Maliki tentang fadhilah azan di telinga bayi yang baru dilahirkan dalam kitab Majmu’ Fatawi Wa Rasail (no. 112)
[3]. Sumber: Malik, kitab: Penyusuan, bab: Menyusui anak kecil, (no. Hadits: 1106) 
[4]. Hadits riwayat Nasa’i (no: 4220), Hadits riwayat Abu Dawud (no: 2838), Hadits riwayat Ahmad (no: 5/12)
[5]. Hadits riwayat Abu Daud (no: 2841)
[6]. Hadits riwayat Tirmidzi (no: 1513)
[7]. Hadits riwayat Muslim (no: 2132)
[8]. Hadits riwayat Ibnu Sa’ad, dalam kitab “Thabaqat”, dari Al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar As Shiddiq, dan Al-Bazar telah meriwayatkan pula dari Aisyah secara marfu’.
[9]. Hadits riwayat Al-Kharaiti, dalam kitab “Makarimul Akhlaq”, dari Dzafir bin Sulaiman dari Abdullah Al-Wadhahi
[10]. Yang dimaksud dengan menyertai dia di sini ialah syaitan yang menyesatkan di dunia ini.  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar