Minggu, 02 Februari 2014

Fawatihus Suwar

 BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan firman (kalam) Allah yang mengandung mukjizat, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, melalui perantara malaikat Jibril a.s., ditulis dalam mushaf, disampaika dena jalan mutawattir,membacanya dinilai ibadah, dan diawali dengan surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nas.[1]
Al-Qur’an yang terdiri dari 114 buah surah ini diawali
dengan beberapa macam pembukaan (Fawatihus Suwar) dan diakhiri dengan berbagai macam penutupan (Khawatimus Suwar).
Ada cabang Ulumul Qur’an yang khusus membicarakan pembukaa dan penutupan surah-surah Al-Qur’an ini, yaitu Ilmu Fawatihus Suwar Wa Khawatimuha. Jika pembukaan surah-surah dalam Al-Qur’an diamati satu-persatu, maka terdapat sepuluh macam pembukaan Ilmu Fawatihus Suwar, yaitu ilmu cabang Ulumul Qur’an yang  khusus membahas pembukaan surah-surah Al-Qur’an.
Oleh karena itu, ilmu Fawatuhus Suwar ini sangat penting untuk dipelajari, karena dengan ilmu ini orang akan bisa mengetahui rahasia/ hikmah Allah dalam pembukaan surah-surah kitab Al-Qur’an.
B.     Tujuan Pembahasan
1.      Pengertian Fawatihus Suwar.
2.      Bentuk-bentuk Fawatihus Suwar.
3.      Sikap para ulama’ mengenai makna huruful muqatho’ah.






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Fawatihus Suwar
Secara bahasa, fawatihus suwar berasal dari kata fawatih yang merupakan jamak dari kata fatihah, yang berarti pembukaan atau permulaaan atau awalan. Dan kata as-suwar adalah jamak dari kata as-surah, sekumpulan ayat-ayat Al-Qur’an yang mempunyai awalan dan akhiran. [2]Menurut Kamus Ilmu Al-Qur’an, disebutkan bahwa Fawatihus Suwar artinya pembukaan-pembukaan surah dalam Al-Qur’an.[3] Sedangkan menurut Muchotob Hamzah, Ilmu Fawatihus Suwar ialah ilmu yang membicarakan kalimat-kalimat pembuka surat. Dalam kalimat-kalimat ini tersimpan rahasia arti dan tafsirnya.[4]
Jadi, Fawatihus Suwar berarti beberapa pembukaan dari surah-surah Al-Qur’an atau beberapa macam awalan dari surah-surah Al-Qur’an. Sebab, seluruh surah Al-Qur’an yang berjumlah 114 buah surah itu dibuka dengan sepuluh macam pembukaan itu. Dan tiap-tiap macam pembukaan itu mempunyai rahasia/ hikmah sendiri-sendiri, sehingga perlu sekali untuk dipelajari.
Istilah Fawatihus Suwar ini sering dijumbuhkan orang dengan al-huruful muqaththa’ah (huruf terputus-putus yang terdapat di permulaan surah-surah Al-Qur’an.
Di antara orang yang menjumbuhkan fawatihus suwar dengan huruful muqaththa’ah ialah Dr. Shubhi Ash-Shalih dalam kitabnya Mabahits Fi ‘Ulumil Qur’an. Karena itu, perlu ditegaskan bahwa Fawatihus Suwar itu berbeda dengan huruful muqathttha’ah yang hanya mempunyai salah satu macam dari Fawatihus Suwar yang ada sepuluh macam itu. Sebab, seluruh surah-surah Al-Qur’an itu dibuka dengan sepuluh macam pembukaan, dan salah satunya yaitu dibuka dengan huruf-huruf hijaiah yangh terputus-putus itu, seperti akan tampak dalam pembicaraan berikut, yang hanya menjadi pembahasan dari 29 surah dari 114 surah-surah Al-Qur’an.[5]

B.     Bentuk-Bentuk Fawatihus Suwar
Bentuk-bentuk Fawatihus Suwar telah diinventarisir Imam Al-Qasthalani dalam kitabnya Lathaiful Isyarati menjadi 10 macam pembahasan.
Oleh Syekh Syihabun Abu Syamal Al Muqaddasi (wafat 665 H), sepuluh macam Fawatihus Suwar itu dinadhamkan atau disyairkan dalam dua bait syair sebagai berikut

“Allah SWT memuji kepada Dzat-Nya sendiri dengan tetapnya pujian, dan bersihnya Allah (dari sifat tercela) ketika Dia membuka surah-surah Al-Qur’an. Dan (dibuka dengan) amar, syarat, nida, ta’lil, qasam, doa, dan huruf-huruf tahajji serta istifham dan jumlah khabariyah”.

Jadi, Fawatihus Suwar atau pembukaan-pembukaan dari 114 surah-surah Alquran itu ada 10 macam, yaitu sebagai berikut:
1.      Pembukaan dengan pujian kepada Allah SWT (Al-Istiftaahu Bits Tsanaa’i)
Pujian kepada Allah SWT itu ada dua macam yaitu:[6]
a.       Menetapkan sifat-sifat terpuji (Al-Itsbaatu Sifaatil Madhi) yang memakai salah satu dari dua lafal sebagai berikut:
1)      Memakai lafal “hamdalah” (Bilafdzil Hamdalah), yakni dibuka dengan lafal Al-Hamdu Lillaahi, terdapat dalam 5 surah sebagai berikut:
a)      Surah Al-Fatihah, dengan lafal:
ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِينَ (٢)
Artinya: “Segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam.”
b)      Surah Al-An’am dengan lafal:
ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضَ
Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi.”
c)      Surah Al-Kahfi dengan lafal:
ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ عَلَىٰ عَبۡدِهِ ٱلۡكِتَـٰبَ
Artinya: “Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al-Kitab (Alquran).”
d)     Surah Saba’ dengan lafal:
ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ٱلَّذِى لَهُ ۥ مَا فِى ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَمَا فِى ٱلۡأَرۡضِ
Artinya: “Segala puji bagi Allah yang memiliki apa yang di langit dan apa yang di bumi.”
e)      Surah fathir dengan lafal:
ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ فَاطِرِ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ
Artinya: “Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi.”
2)      Memakai lafal “tabaaraka” yang terdapat dalam dua surah, yaitu:
a)      Surah Al-Furqan dengan lafal:
تَبَارَكَ ٱلَّذِى نَزَّلَ ٱلۡفُرۡقَانَ عَلَىٰ عَبۡدِهِۦ
Artinya: “Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya.”
b)      Surah Al-Mulk dengan lafal:
تَبَـٰرَكَ ٱلَّذِى بِيَدِهِ ٱلۡمُلۡكُ
Artinya: “Maha Suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan.”
b.      Mensucikan Allah SWT dari sifat-sifat yang negatif (Tanziihu ‘An Shifatin Nuqshaan) yang memakai lafal tasbih, terdapat dalam 7 surah, sebagai berikut:
1)      Surah Al-Isra’ dengan lafal:
سُبۡحَـٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ لَيۡلاً
Artinya: “Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam.”
2)      Surah Al-A’la dengan lafal:
سَبِّحِ ٱسۡمَ رَبِّكَ ٱلۡأَعۡلَى
Artinya: “Sucikanlah nama Tuhanmu yang paling tinggi.”
3)      Surah Al-Hadid dengan lafal:
سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِى ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ‌ۖ
Artinya: “Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah).”
4)      Surah Al-Hasyr dengan lafal:
سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِى ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَمَا فِى ٱلۡأَرۡضِ‌ۖ
Artinya: “Telah bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.”
5)      Surah Ash-Shaaffu dengan lafal:
سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِى ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَمَا فِى ٱلۡأَرۡضِ‌ۖ
Artinya: “Telah bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan apa saja yang ada di bumi.”
6)      Surah Al-Jumu’ah dengan lafal:
يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِى ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَمَا فِى ٱلۡأَرۡضِ
Artinya: “Telah bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan apa saja yang ada di bumi.”

7)      Surah At-Taghabun dengan lafal:
يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِى ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَمَا فِى ٱلۡأَرۡضِ‌ۖ
Artinya: “Telah bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan apa saja yang ada di bumi.”
2.      Pembukaan dengan huruf-huruf yang terputus-putus (Istiftaahu bil Huruufi Al-Muqaththa’ati)
Pembukaan dengan huruf-huruf ini terdapat dalam 29 surah dengan memakai 14 huruf dengan tanpa diulang, yang terkumpul dalam kalimat:

Atau dalam kalimat:

Atau dalam kalimat:
Yaitu yang terdiri dari huruf-huruf:

Penggunaan huruf-huruf tersebut dalam pembukaan surah-suirah Al-Qur’an disusun dalam 14 rangkaian, terdiri dari lima kelompok sebagai berikut:[7]
a.       Kelompok sederhana, terdiri dari satu huruf (Al-Muwahhadah) yang ada tiga rangkaian dan terdapat dalam 3 surah, sebagai berikut:
1)      Surah Shaad, dalam lafal:
صٓ‌ۚ وَٱلۡقُرۡءَانِ ذِى ٱلذِّكۡرِ
Artinya: “Shaad, demi Al-Qur’an yang mempunyai keagungan.”
2)      Surah Qaaf, dalam lafal:
قٓ‌ۚ وَٱلۡقُرۡءَانِ ٱلۡمَجِيد
Artinya: “Qaaf, demi Al-Qur’an yang sangat mulia.”

3)      Surah Al-Qalam, dalam lafal:
نٓ‌ۚ وَٱلۡقَلَمِ وَمَا يَسۡطُرُونَ
Artinya: “Nun, demi Kalam dan apa yang mereka tulis.”
b.      Kelompok yang terdiri dari dua huruf (Al-Mutsanna) yang ada empat rangkaian dan terdapat dalam 9 surah, sebagai berikut:
1)      Rangkaian huruf “Ha” dan Mim” (حمٓ), dalam 6 surah, sebagai berikut:
a)      Surah Ghafir atau Al-Mu’min, dengan lafal:
حمٓ (١) تَنزِيلُ ٱلۡكِتَـٰبِ مِنَ ٱللَّهِ ٱلۡعَزِيزِ ٱلۡعَلِيمِ (٢)
Artinya: “Haa Miim. Diturunkan kitab ini (Al-Qur’an) dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui
b)      Surah As-Sajdah
c)      Surah Az-Zuhruf
d)     Surah Al-Jatsiyah
e)      Surah Al-Ahqaf
2)      Rangkaian huruf “Tha” dan “Ha” (طه) dalam satu surah, yaitu:
a)      Surah Thaha, dengan lafal:
طه (١) مَآ أَنزَلۡنَا عَلَيۡكَ ٱلۡقُرۡءَانَ لِتَشۡقَىٰٓ (٢)
Artinya: “Tha Haa. Kami tidak menurunkan Al-Qur’n ni kepadamu agar kamu menjadi susah.
3)      Rangkaian huruf “Tha” dan “Sin” (), dalam satu surah yaitu:
a)      Sura An-Naml, dengan lafal:
طسٓ‌ۚ تِلۡكَ ءَايَـٰتُ ٱلۡقُرۡءَانِ وَڪِتَابٍ۬ مُّبِينٍ (١)
Artinya: “Thaa Siin, (surah) ini adalah ayat-ayat Al-Qur’an, dan (ayat-ayat) kitab yang menjelaskan.
4)      Rangkaian huruf “Ya” dan “Sin” (), dalam satu surah yaitu:
a)      Surah Yasin, dengan lafal:
يسٓ (١) وَٱلۡقُرۡءَانِ ٱلۡحَكِيمِ (٢)
Artinya: “Yaa Siin. Demi Al-Qur’an yang penuh hikmah
c.       Kelompok yang terdiri dari tiga huruf (Al-Mutsallatsatu) yang ada tiga rangkaian dan terdapat 13 surah-surah, sebagai berikut:
1)      Rangkaian huruf “Alif, Lam, Mim,” dalam 6 surah, adaah sebagai berikut:
a)      Surah Al-Baqarah, dengan lafal:
الٓمٓ (١) ذَٲلِكَ ٱلۡڪِتَـٰبُ لَا رَيۡبَ‌ۛ فِيهِ‌
Artinya: “Aliif Laam Miim. Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya.”
b)      Surah Ali Imran
c)      Surah Al-Ankabut
d)     Surah Ar-Rum
e)      Surah Luqman
f)       Surah As-Sajdah
2)      Rangkaian huruf “Alif, Lam, Ra” dalam 5 surah, sebagai berikut:
a)      Surah Yunus, dengan lafal:

Artinya: “Aliif Laam Raa. Inilah ayat-ayat Al-Qur’an yang mengandung hikmah.
b)      Surah Hud
c)      Surah Yusuf
d)     Surah Ibrahim
e)      Surah Al-Hijr
3)      Rangkaian huruf “Tha, Sin, dan Mim,” dalam 2 surah, sebagai berikut:
a)      Surah Al-Qashash, dengan lafal:
طسٓمٓ (١) تِلۡكَ ءَايَـٰتُ ٱلۡكِتَـٰبِ ٱلۡمُبِينِ (٢)
Artinya: “Thaa Siin Miim. Ini adalah ayat-ayat Kitab (Al-Qur’an) yang nyata dari Allah.


b)      Surah Asy-Syu’ara
d.      Kelompok yang terdiri dari 4 huruf (Al-Muraaba’ah) yang ada dua rangkaian dan terdapat dalam dua surah saja, yaitu:
1)      Rangkaian yang terdiri dari huruf Alif, Lam, Mim, dan Ra’ (    ) dalam satu surah:
a)      Surah Ar-Ra’d, dengan lafal:
الٓمٓر‌ۚ تِلۡكَ ءَايَـٰتُ ٱلۡكِتَـٰبِ‌ۗ
Artinya: “Aliif Laam Miim Raa. Ini adalah ayat-ayat Al-Kitab (Al-Qur’an).”
2)      Rangkaian yang terdiri dari huruf Alif, Lam, Mim, Shad (الٓمٓصٓ) dalam satu surah:
a)      Surah Al-A’raf, dengan lafal:
الٓمٓصٓ (١) كِتَـٰبٌ أُنزِلَ إِلَيۡكَ
Artinya: “Aliif Laam Miim Shaad. Ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu.”
e.       Kelompok yang terdiri dari 5 huruf (Al-Mukhaamasatu) yang ada dua rangkaian dan terdapat dalam dua surah, yaitu:
1)      Rangkaian yang terdiri dari 5 huruf Kaf, Ha, Ya, ‘Ain, dan Shad (ڪٓهيعٓصٓ) dalam satu surah.
a)      Surah Maryam, dengan lafal:
ڪٓهيعٓصٓ (١) ذِكۡرُ رَحۡمَتِ رَبِّكَ عَبۡدَهُ ۥ زَڪَرِيَّآ (٢)
Artinya: “Kaaf Haa Yaa ‘Aiin Shaad. (Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakaria.”
2)      Rangkaian yang terdiri dari huruf Ha, Mim, ‘Ain, Sin dan Qaf (حمٓ عٓسٓقٓ) dalam satu surah.
a)      Surah Asy-Syura, dalam lafal:
حمٓ (١) عٓسٓقٓ (٢) كَذَٲلِكَ يُوحِىٓ إِلَيۡكَ
Artinya: “Haa Miim ‘Aiin Siin Qaaf. Demikianlah Allah Yang Maha Bijaksana, mewahyukan kepada kamu.”
3.      Pembukaan dengan Nida/ panggilan (Al-Istiftaahu bin-Nidaa’)
Nida’ (panggilan) itu ada 3 macam, yaitu:[8]
a.       Nida/ panggilan yang ditujukan kepada Nabi SAW, yang terdapat dalam 5 surah, sebagai berikut:
1)      Surah Al-Ahzab, dengan lafal:
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلنَّبِىُّ ٱتَّقِ ٱللَّهَ وَلَا تُطِعِ ٱلۡكَـٰفِرِينَ
Artinya: “Hai Nabi, bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu menuruti (keinginan) orang-orang kafir.”
2)      Surah At-Tahrim
3)      Surah Ath-Thalaq
4)      Surah Al-Muzammil
5)      Surah Al-Mudatstsir
b.      Nida yang ditujukan kepada kaum mukminin, terdapat dalam dua surah, sebagai berikut:
1)      Surah Al-Maidah, dengan lafal:
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَوۡفُواْ بِٱلۡعُقُودِ‌ۚ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu.”
2)      Surah Al-Hujurat, dengan lafal:
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تُقَدِّمُواْ بَيۡنَ يَدَىِ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ‌ۖ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mendahului Allah dan Rasul-Nya.”
c.       Nida yang ditujukan kepada umat manusia, yang terdapat dalam dua surah, sebagai berikut:
1)      Surah An-Nisa, dengan lafal:
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم
Artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu.”

2)      Surah Al-Hajj, dengan lafal:
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ رَبَّڪُمۡ‌ۚ إِنَّ زَلۡزَلَةَ ٱلسَّاعَةِ شَىۡءٌ عَظِيمٌ۬
Artinya: “Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu. Sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat).”
Adapun hikmah atau rahasia dari pembukaan surah-surah Al-Qur’an memakai nida’ (panggilan) ini ialah untuk memberi perhatian/ peringatan, baik kepada Nabi Muhammad SAW atau umat beliau, dan untuk menjadi pedoman dan petunjuk dalam mengarungi laut kehidupan di dunia ini.
4.      Pembukaan dengan Jumlah Khabariyah (Al-Istiftaahu bil Jumalil Khabariyyati)
Jumlah Khabariyah di awal surah-surah Al-Qur’an ada dua macam, yaitu:[9]
a.       Jumlah Ismiyah, yang menjadi pembukaan 11 surah-surh, sebagai berikut:
1)      Surah At-Taubah, dengan lafal:
بَرَآءَةٌ۬ مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِ
Artinya: “(Inilah pernyataan) pemutusan hubungan daripada Allah dan Rasul-Nya.
2)      Surah An-Nur
3)      Surah Az-Zumar
4)      Surah Muhammad
5)      Surah Al-Fath
6)      Surah Ar-Rahman
7)      Surah Al-Haqqah
8)      Surah Nuh
9)      Surah Al-Qadr
10)  Surah Al-Qari’ah
11)  Surah Al-Kautsar
b.      Jumlah Fi’liyah yang menjadi pembukaan 12 surah-surah, sebagai berikut:
1)      Surah Al-Anfal, dengan lafal:
يَسۡـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلۡأَنفَالِ‌ۖ
Artinya: “Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang.”
2)      Surah An-Nahl
3)      Surah Al-Anbiya
4)      Surah Al-Mu’minun
5)      Surah Al-Qamar
6)      Surah Al-mujadilah
7)      Surah Al-Ma’arij
8)      Surah Al-Qiyamah
9)      Surah Al-Balad
10)  Surah Abas
11)  Surah Al-Bayyinah
12)  Surah At-takatsur.
Hikmah dari pembukaan surah dengan jumlah ini ialah untuk memperingatkan Nabi Muhammad SAW dan umat Islam agar memperhatikan firman-firman Allah yang disebutkan sesudah pembukaan itu, serta mengamalkan dan menjadikannya sebagai pedoman.
5.      Pembukaan dengan sumpah/ qosam (Al-Istiftaahu bil-Qasami)
Sumpah Allah  yang dipakai dalam pembukaan surah Al-Qur’an itu ada tiga macam, dan terdapat dalam 15 surah sebagai berikut:[10]
a.       Sumpah dengan benda-benda angkasa (Al-Qasamu Bil-Uluwiyyaati) terdapat dalam 8 surah sebagai berikut:
1)      Surah Ash-Shaaffat, dengan lafal:
وَٱلصَّـٰٓفَّـٰتِ صَفًّ۬ا
Artinya: “Demi rombongan yang bershaf-shaf dengan sebenar-benarnya.”
2)      Surh An-Najm
3)      Surah Al-Mursalaat
4)      Surah An-Nazi’at
5)      Surah Al-buruj
6)      Surah Ath-Thariq
7)      Surah Al-Fajr
8)      SurahAsy-Syams
b.      Sumpah dengan benda-benda bawah (Al-Qasamu Bis Sulfiyaati) seperti yng dipakai dalam pembukaan dari 4 surah, sebagai berikut:
1)      Surah Adz-Dzariyat, dengan lafal:
وَٱلذَّٲرِيَـٰتِ ذَرۡوً۬ا
Artinya: “ Demi (angin) yang menerbangkan debu dengan sekuat-kuatnya.”
2)      Surah Ath-Thur
3)      Surah At-Tin
4)      Surah Al-‘Adiyat
c.       Sumpah dengan waktu (Al-Qasamu Bil-Waqti), terdapat dalam tiga surah, sebagai berikut:
1)      Surah Al-Lail, dengan lafal:
وَٱلَّيۡلِ إِذَا يَغۡشَىٰ
Artinya: “Demi malam apabila menutupi (cahaya siang).”
2)      Surah Adh-Dhuha
3)      Surah Al-‘Ashr
Hikmah atau rahasia Allah SWT membuka beberapa surah dalam kitab-Nya dengan memakai sumpah-sumpah itu sebagai berikut:
a.       Agar manusia meneladani sikap bertanggung jawab, bahwa kalau bicara harus benar dan jujur, dan bila perlu berani angkat sumpah untuk memperkuat ucapannya.
b.      Agar dalam bersumpah bagi manusia harus memakai nama Alah.
6.      Pembukaan dengan syarat (Al-Istiftaahu bis-Syarthi)
Syarat-syarat yang dipakai Allah SWT sebagai pembukaan surah-surah Al-Qur’an itu ada dua macam dan digunakan dalam 7 surah sebagai berikut:[11]
a.       Syarat yang masuk kepada jumlah ismiyah, dipakai di awal 3 surah sebagai berikut:
1)      Surah At-Takwir, dengan lafal:
إِذَا ٱلشَّمۡسُ كُوِّرَتۡ
Artinya: “Apabila matahari digulung.”
2)      Surah Al-Infithar
3)      Surah Al-Insyiqaq
b.      Syarat yang masuk kepada jumlah fi’liyah,yang untuk membuka 4 surah-surah sebagai berikut:
1)      Surah Al-Waqi’ah, dengan lafal:
إِذَا وَقَعَتِ ٱلۡوَاقِعَةُ
Artinya: “Apabila terjadi hari kiamat”
2)      Surah Al-Munafiqun
3)      Surah Al-Zalzalah
4)      Surah An-Nashr
7.      Pembukaan dengan fi’il amar (Al-Istiftaahu bil Amri)
ada 6 fi’il amar/ kata kerja perintah yang dipakai untuk membuka surah-surah Al-Qur’an, yang terdiri dari dua lafal dan digunakan untuk membuka 6 surah-surah sebagai berikut:[12]
a.       Dengan fi’il amar iqra (   ) yang hanya untuk membuka satu surah, yaitu:
1)      Surah Al-‘Alaq, dengan lafal:
ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِى خَلَقَ
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.”
b.      Dengan fi’il amar qul (  ), yang digunakan dalam 5 surah sebagai berikut:
1)      Surah Al-Jinn, dengan lafal:
قُلۡ أُوحِىَ إِلَىَّ أَنَّهُ ٱسۡتَمَعَ نَفَرٌ۬ مِّنَ ٱلۡجِنِّ
Artinya: “Katakanlah (hai Muhammad) : Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya telah mendengarkan sekumpulan jin (akan Al-Qur’an).”
2)      Surah Al-Kafirun
3)      Surah Al-Ikhlash
4)      Surah Al-Falaq
5)      Surah An-Naas
Hikmah dari pembukaan surah-surah dalam Al-Qur’an dalam memakai amar/ perintah ialah untuk memberikan perhatian, peringtan dan petunjuk serta pedoman dalam berbagai pranata kehidupan dan peribadatan, agar umat manusia dapat selamat dan berbahagia di dunia dan di akhirat kelak.
8.      Pembukaan dengan pertanyaan (Al-Istiftaahu bil Istifhaami)
Bentuk pertanyaan/ istifham yang dipakai sebagai pembukaan dari 6 surah-surah Al-Qur’an itu ada dua macam sebagai berikut:[13]
a.       Pertanyaan positif (Al-Istifhaamu Al-Muhiibiyyu), yaitu bentuk pertanyaan yang dengan kalimat positif yang tidak ada alat negatifnya. Pertanyaan yang emikian itu dipakai dalam pembukaaan 4 surah-surah sebagai berikut:
1)      Surah An-Naba, dengan lafal:
عَمَّ يَتَسَآءَلُونَ (١) عَنِ ٱلنَّبَإِ ٱلۡعَظِيمِ (٢)
Artinya: “Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya. Tentang berita yang besar.”
2)      Surah Ad-Dahru
3)      Surah Al-Ghasyiyah
4)      Surah Al-Ma’un.
b.      Pertanyaan negatif, yaitu bentuk pertanyaan yang dalam kalimat yang negatif, yang tidak positif, yang dipakai dalam pembukaan dua surah sebagai berikut:
1)      Surah Al-Insyirah, dengan lafal:
أَلَمۡ نَشۡرَحۡ لَكَ صَدۡرَكَ
Artinya: “Bukanlah Kami telah melapangkan untukmu dadamu.”
2)      Surah Al-Fiil
Hikmah pembukaan surah-surah Al-Qur’an dengan pertanyaan-pertanyaan ini juga untuk memberikan peringatan, perhatian dan petunjuk-petunjuk kepada umat manusia ke arah kebahagiaan hidup mereka di dunia dan di akhirat.
9.      Pembukaan dengan do’a (Al-Istiftaahu bid Du’aai)
Do’a atau harapan maupun permohonan yang digunakan sebagai pembukaan dari 3 surah-surah Al-Qur’an itu ada dua macam sebagai berikut:[14]
a.       Do’a atau harapan yang berbentuk kata benda (Ad-Du’aaul Ismiyyu) yang untuk membuka dua surah sebagai berikut:
1)      Surah Al-Muthaffifin, dengan lafal:
وَيۡلٌ۬ لِّلۡمُطَفِّفِينَ
Artinya: “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang.”
2)      Surah Al-Humazah
b.      Do’a atau harapan yang berbentuk kata kerja (Ad-Du’aaul Fi’liyyu) yang dipakai membuka satu surah saja, yaitu:
1)      Surah Al-Lahab, dengan lafal:
تَبَّتۡ يَدَآ أَبِى لَهَبٍ۬ وَتَبَّ
Artinya: “Binasalah tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.”
Hikmah pembukaan dengan do’a/ harapan ini juga sama, yakni untuk memberi perhatian, peringatan dan petunjuk kepada semua umat manusia.
10.  Pembukaan dengan alasan (Al-Istiftaahu bit-Ta’lili)
Macam pembukaan surah Al-Qur’an yang terakhir ialah pembukaan dengan memberi alasan, seperti yang digunakan untuk membuka surah Al-Quraisy, dengan lafal:[15]
لِإِيلَـٰفِ قُرَيۡشٍ
Artinya: “Karena kebiasaan orang-orang Quraisy”
Hikmah dari pembukaan ini, juga sama seperti tiga pembukaan yang sebelumnya.

C.     Sikap Para Ulama tentang Makna Huruful Muqatho'ah
Pendapat para ulama mengenai makna huruf-huruf yang terpotong itu, pada garis besarnya ada dua macam:
1.      Bahwa makna-makna huruf-huruf terpotong itu tersembunyi karena merupakan rahasia yang tertutup yang hanya diketahui oleh Allah SWT sendiri. Sebab huruf-huruf itu sudah ada sejak zaman azali, sehingga susah menafsirkannya, karena termasuk ayat-ayat mutasyabbihat, yang hanya diketahui oleh Allah SWT saja.[16]
Pendapat yang demikian itu adalah pendapat ulama salaf, seperti tokoh-tokoh sebagai berikut:
a.       Sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq, yang berkata:
Dalam kitab-kitab itu ada rahasianya. Dan rahasia dari kitab Al-Qur’an adaah pembukaan surah-surahnya.
b.      Sahabat Ali bin Abi Thalib, yang berkata:
Bagi tiap-tiap kitab itu ada intisarinya. Dan intisari dari kitab Al-Qur’an ini  ialah huruf-huruf tahhajinya (alfabethisnya)
c.       Imam Asy-Sya’bi.
d.      Para khilafah Umar bin Khattab.
e.       Imam Ar-razi yang berdebat dengan kaum mutakallimun yang mengingkaripendapat-pendapat tersebut di atas dan mengatakan, bahwa di dalam Al-Qur’an itu tidak bolehhal-hal yang tidak dapat diketahui oleh manusia, karena Allah SWT telah memerintahkan supaya merenungkan isi ajaran-Nya dan mengeluarkan hukum-hukum dari dalam-Nya.
2.      Bahwa makna huruf-huruf yang terpotong-potong itu dapat diketahui oleh Allah SWT dan bisa dipahami oleh manusia terutama oleh orang-orang yang mendalami pengetahuan-Nya.[17]
Diantara mereka yang mengikuti pendapat ini ialah sebagai berikut:
a.       Ibnu Farij meriwayatkan pendapat dari Ibnu Abbas, bahwa tiap-tiap huruf dari huruf-huruf yang terpotong-potong itu diambil dari nama/ sifat-sifat Allah SWT.
b.      Sebagian ulama berpendapat bahwa huruf-huruf yang terpotong-potong itu adalah merupakan sumpah Allah SWT.
c.       Imam Zamahsyari, Imam ar-Razi dan Imam Syibawaihi berpendapat, bahwa huruf-huruf itu adalah merupakan nama-nama dari surah-surah yang dibuka dengan huruf-huruf tersebut.
Selain dari pendapat-oendapat di atas, masih terdapat banyak lagi ulama-ulama lain seperti dari Al-Izzu Ibnu Abdis Salam, Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani, Syekh Muhyiddin Ibnu Arabi dan lainnya yang berpendapat mengenai huruful muqatho’ah sebagai salah satu jenis pembuka surat.





BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Ilmu Fawatihus suwar adalah ilmu yang membicarakan kalimat-kalimat pembuka surat. Dalam kalimat-kalimat ini tersimpan rahasia arti dan tafsirnya.[18] Jadi, Fawatihus Suwar berarti beberapa pembukaan dari surah-surah Al-Qur’an atau beberapa macam awalan dari surah-surah Al-Qur’an.
Bentuk-bentuk dari fawatihus suwar dalam surah-surah Al-Qur’an ada 10 macam yaitu:
1.      Pembukaan dengan pujian kepada Allah SWT (Al-Istiftaahu Bits Tsanaa’i)
2.      Pembukaan dengan huruf-huruf yang terputus-putus (Istiftaahu bil Huruufi Al-Muqaththa’ati)
3.      Pembukaan dengan Nida/ panggilan (Al-Istiftaahu bin-Nidaa’)
4.      Pembukaan dengan Jumlah Khabariyah (Al-Istiftaahu bil Jumalil Khabariyyati)
5.      Pembukaan dengan sumpah/ qosam (Al-Istiftaahu bil-Qasami)
6.      Pembukaan dengan syarat (Al-Istiftaahu bis-Syarthi)
7.      Pembukaan dengan fi’il amar (Al-Istiftaahu bil Amri)
8.      Pembukaan dengan pertanyaan (Al-Istiftaahu bil Istifhaami)
9.      Pembukaan dengan do’a (Al-Istiftaahu bid Du’aai)
10.  Pembukaan dengan alasan (Al-Istiftaahu bit-Ta’lili)

Pendapat para ulama tentang makna huruful muqatho’ah ada dua macam yaitu:
1.      Bahwa makna-makna huruf-huruf terpotong itu tersembunyi karena merupakan rahasia yang tertutup yang hanya diketahui oleh Allah SWT sendiri.
2.      Bahwa makna huruf-huruf yang terpotong-potong itu dapat diketahui oleh Allah SWT dan bisa dipahami oleh manusia terutama oleh orang-orang yang mendalami pengetahuan-Nya.



[1] Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Studi Al-Qur’an (Surabaya: IAIN SUNAN AMPEL PRESS, 2011), hal. 3-4.
[2] Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu, 2011), cet. 5, hal. 168.
[3] Ahsin W. Al-Hafidz, Kamus IlmuAl-Qur’an (Jawa Tengah: Penerbit Amzah, 2005), cet. I, hal. 76.
[4] Muchotob Hamzah, Studi Al-Qur’an Komprehensif (Yogyakarta: Gama Media, 2003), hal. 107.
[5] Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, hal. 168.
[6] Ibid., hal. 169.
[7] Ibid., hal. 173.
[8] Ibid., hal. 181.
[9] Ibid., 183.
[10] Ibid., hal. 188.
[11] Ibid., hal. 192.
[12] Ibid., hal. 194.
[13] Ibid., hal 195.
[14] Ibid., hal. 197.
[15] Ibid., hal. 198.
[16] Ibid., hal. 200.
[17] Ibid., hal. 202.
[18] Muchotob Hamzah, Studi Al-Qur’an Komprehensif hal. 107.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar