BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Shalat Wajib adalah ibadah yang tidak bisa ditinggalkan atau
diqhadakan, Sungguh sedih bila melihat realita bahwa Ummat Islam zaman
sekarang sebagian besar sudah tidak ihtimam (perhatian/serius) lagi dalam
memanfaatkan waktunya untuk beramal, terutama dalam menghidupkan ibadah-ibadah
sunnah.
Contohnya
ibadah shalat tathawu /shalat sunnah. Banyak sekali ummat Islam, selepas shalat
maghrib usai langsung sibuk dengan
TV-nya, atau hidangan di meja makan. Di
waktu dhuha, sibuk
dengan pekerjaannya. Di waktu subuh, terlalu malas untuk mendirikan shalat
qabliyah shubuh. Selepas Isya, terlalu ngantuk untuk mendirikan shalat ba'diyah
Isya. Padahal Rasulullah dan para sahabat sangat serius sekali manjalankannya
walaupun bukan termasuk ibadah wajib. Selama hidupnya, Rasulullah hampir tidak
pernah melewatkan shalat sunnah rawatib yang muakkadah. Bahkan saat beliau
terlewat, beliau mengqadhanya diwaktu lain. Saat Rasulullah terlewat shalat
qabliyah Shubuh, beliau mengqadhanya diwaktu Dhuha. Lihat Rasulullah yang telah
dijamin masuk Surga ini, betapa seriusnya thd ibadah sunnah. Kita bagaimana?
Tidak kalah pula para sahabat, ibadah sunnah seperti wajib bagi mereka.
B. Rumusan
Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Hadits manakah
yang membahas tentang shalat wajib?
b. Hadits manakah yang
membahas tentang shalat Sunnah?
c. Hadits manakah
yang membahas tentang larangan waktu Shalat?
C. Tujuan
Makalah
Sedangkan tujuan penyusunannya adalah:
a. Mengetahui Hadits
yang berkaitan dengan shalat wajib
b. Mengetahui Hadits yang
berkaitan dengan shalat sunnah
c. Mengetahui Hadits
yang berkaitan dengan larangan waktu Shalat
D. Metodologi
Pembuatan Makalah
Dalam
pembutan makalah ini menggunakan metodologi kepustakaan yaitu menggunakan
perbandingan referensi dari buku yang tersedia, dan dari beberapa artikel di
Internet.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Ibadah
Shalat Wajib
1. Waktu Shalat
َعَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ
عَمْرِوٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا; أَنَّ نَبِيَّ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم
قَالَ: ( وَقْتُ اَلظُّهْرِ إِذَا زَالَتْ اَلشَّمْسُ وَكَانَ ظِلُّ
اَلرَّجُلِ كَطُولِهِ مَا لَمْ يَحْضُرْ اَلْعَصْرُ وَوَقْتُ اَلْعَصْرِ
مَا لَمْ تَصْفَرَّ اَلشَّمْسُ وَوَقْتُ صَلَاةِ اَلْمَغْرِبِ مَا لَمْ
يَغِبْ اَلشَّفَقُ وَوَقْتُ صَلَاةِ اَلْعِشَاءِ إِلَى نِصْفِ اَللَّيْلِ
اَلْأَوْسَطِ وَوَقْتُ صَلَاةِ اَلصُّبْحِ مِنْ طُلُوعِ اَلْفَجْرِ مَا لَمْ
تَطْلُعْ اَلشَّمْسُ ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Dari Abdullah Ibnu Amr Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Waktu Dhuhur ialah jika matahari
telah condong (ke barat) dan bayangan seseorang sama dengan tingginya selama
waktu Ashar belum tiba waktu Ashar masuk selama matahari belum menguning waktu
shalat Maghrib selama awan merah belum menghilang waktu shalat Isya hingga
tengah malam dan waktu shalat Shubuh semenjak terbitnya fajar hingga matahari
belum terbit." Riwayat Muslim.
َوَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي
الله عنه أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ( مَنْ أَدْرَكَ
مِنْ اَلصُّبْحِ رَكْعَةً قَبْلِ أَنْ تَطْلُعَ اَلشَّمْسُ فَقَدْ أَدْرَكَ
اَلصُّبْحَ وَمَنْ أَدْرَكَ رَكْعَةً مِنْ اَلْعَصْرِ قَبْلَ أَنْ تَغْرُبَ اَلشَّمْسُ
فَقَدْ أَدْرَكَ اَلْعَصْرَ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu
'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa yang telah mengerjakan satu
rakaat shalat Shubuh sebelum matahari terbit maka ia telah mendapatkan shalat
Shubuh dan barangsiapa yang telah mengerjakan satu rakaat shalat Ashar sebelum
matahari terbenam maka ia telah mendapatkan shalat Ashar." Muttafaq
Alaihi.
2. Shalat tepat pada
waktunya
َوَعَنْ اِبْنِ مَسْعُودٍ رضي
الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَفْضَلُ
اَلْأَعْمَالِ اَلصَّلَاةُ فِي أَوَّلِ وَقْتِهَا رَوَاهُ
اَلتِّرْمِذِيُّ وَالْحَاكِمُ. وَصَحَّحَاهُ. وَأَصْلُهُ فِي
"اَلصَّحِيحَيْنِ
Dari Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Perbuatan yang paling mulia
ialah shalat pada awal waktunya." Hadits riwayat dan shahih menurut
Tirmidzi dan Hakim. Asalnya Bukhari-Muslim.
َوَعَنْ أَبِي مَحْذُورَةَ رضي
الله عنه أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ( أَوَّلُ اَلْوَقْتِ رِضْوَانُ
اَللَّهُ وَأَوْسَطُهُ رَحْمَةُ اَللَّهِ; وَآخِرُهُ عَفْوُ اَللَّهِ )
أَخْرَجَهُ اَلدَّارَقُطْنِيُّ بِسَنَدٍ ضَعِيفٍ جِدًّا
Dari Abu Mahdzurah bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Permulaan waktu adalah ridlo Allah pertengahannya adalah rahmat
Allah dan akhir waktunya ampunan Allah." Dikeluarkan oleh Daruquthni
dengan sanad yang lemah.
B. Ibadah
Shalat Sunnah
1. Shalat Rawatib.
Shalat Rawatib (Shalat
yang mengiringi Shalat Fardlu), terdiri dari:
a. 2 raka’at sebelum
shubuh
b. 4 raka’at sebelum
Dzuhur (atau Jum’at)
c. 4 raka’at sesudah
Dzuhur (atau Jum’at)
d. 4 raka’at sebelum Ashar
e. 2 raka’at sebelum
Maghrib
f. 2 raka’at
sesudah Maghrib
g. 2 raka’at sebelum
Isya’
h. 2 raka’at sesudah
Isya’
Dari 22 raka’at rawatib tersebut, terdapat 10 raka’at yang
sunnah muakkad (karena tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW),
berdasarkan hadits:
َوَعَنْ اِبْنِ عُمَرَ -رَضِيَ
اَللَّهُ عَنْهُمَا- قَالَ : ( حَفِظْتُ مِنْ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم
عَشْرَ رَكَعَاتٍ : رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ اَلظُّهْرِ , وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا ,
وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ اَلْمَغْرِبِ فِي بَيْتِهِ , وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ
اَلْعِشَاءِ فِي بَيْتِهِ , وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ اَلصُّبْحِ ) مُتَّفَقٌ
عَلَيْهِ. وَفِي رِوَايَةٍ لَهُمَا : ( وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ اَلْجُمْعَةِ
فِي بَيْتِهِ ).
Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku menghapal dari Nabi
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam 10 rakaat yaitu: dua rakaat sebelum Dhuhur, dua
rakaat setelahnya, dua rakaat setelah maghrib di rumahnya, dua rakaat setelah
Isya' di rumahnya, dan dua rakaat sebelum Shubuh. Muttafaq Alaihi. Dalam suatu
riwayat Bukhari-Muslim yang lain: Dan dua rakaat setelah Jum'at di rumahnya.
2. Waktu Shalat Sunnah
َوَعَنْ أُمِّ حَبِيبَةَ أُمِّ
اَلْمُؤْمِنِينَ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا- قَالَتْ : سَمِعْتَ اَلنَّبِيَّ صلى
الله عليه وسلم يَقُولُ : ( مَنْ صَلَّى اِثْنَتَا عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ
وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي اَلْجَنَّةِ ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ
. وَفِي رِوَايَةٍ " تَطَوُّعًا"
Ummu Habibah Ummul Mu'minin Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku
pernah mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Barangsiapa melakukan sholat dua belas rakaat dalam sehari semalam
niscaya dibangunkan sebuah rumah baginya di surga." Hadits riwayat Muslim.
Dan dalam suatu riwayat: "Sholat sunat."
َوَلِلتِّرْمِذِيِّ نَحْوُهُ ,
وَزَادَ : ( أَرْبَعًا قَبْلَ اَلظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا ,
وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ اَلْمَغْرِبِ , وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ اَلْعِشَاءِ ,
وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلَاةِ اَلْفَجْرِ
)
Menurut riwayat Tirmidzi ada hadits yang serupa dengan
tambahan: "Empat rakaat sebelum Dhuhur, dua rakaat setelahnya dan dua
rakaat setelah maghrib, dua rakaat setelah Isya', dan dua rakaat sebelum
Shubuh."
َوَعَنْ اِبْنِ عُمَرَ -رَضِيَ
اَللَّهُ عَنْهُمَا- قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( رَحِمَ
اَللَّهُ اِمْرَأً صَلَّى أَرْبَعًا قَبْلَ اَلْعَصْرِ ) رَوَاهُ أَحْمَدُ ,
وَأَبُو دَاوُدَ وَاَلتِّرْمِذِيُّ وَحَسَّنَهُ , وَابْنُ خُزَيْمَةَ وَصَحَّحَهُ
Dari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "(Semoga) Allah memberi rahmat
orang yang sholat empat rakaat sebelum Ashar." Riwayat Ahmad, Abu Dawud,
dan Tirmidzi. Hadits hasan menurut Tirmidzi dan shahih menurut Ibnu Khuzaimah.
C. Larangan
Waktu Shalat.
َوَلَهُ عَنْ عُقْبَةَ بْنِ
عَامِرٍ: ( ثَلَاثُ سَاعَاتٍ كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم
يَنْهَانَا أَنْ نُصَلِّي فِيهِنَّ وَأَنْ نَقْبُرَ فِيهِنَّ مَوْتَانَا:
حِينَ تَطْلُعُ اَلشَّمْسُ بَازِغَةً حَتَّى تَرْتَفِعَ وَحِينَ يَقُومُ قَائِمُ
اَلظَّهِيرَةِ حَتَّى تَزُولَ اَلشَّمْسُ وَحِينَ تَتَضَيَّفُ اَلشَّمْسُ
لِلْغُرُوبِ )
Dalam riwayat Muslim dari Uqbah Ibnu Amir: Tiga waktu dimana
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melarang kami melakukan shalat dan
menguburkan mayit yaitu: ketika matahari terbit hingga meninggi ketika tengah
hari hingga matahari condong ke barat dan ketika matahari hampir terbenam.
َوَعَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ
اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم
( اَلْفَجْرُ فَجْرَانِ: فَجْرٌ يُحَرِّمُ اَلطَّعَامَ وَتَحِلُّ فِيهِ
اَلصَّلَاةُ وَفَجْرٌ تَحْرُمُ فِيهِ اَلصَّلَاةُ - أَيْ: صَلَاةُ اَلصُّبْحِ -
وَيَحِلَّ فِيهِ اَلطَّعَامُ ) رَوَاهُ اِبْنُ خُزَيْمَةَ وَالْحَاكِمُ
وَصَحَّحَاهُ
Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Fajar itu ada dua macam yaitu
fajar yang diharamkan memakan makanan dan diperbolehkan melakukan shalat dan
fajar yang diharamkan melakukan shalat yakni shalat Shubuh dan diperbolehkan
makan makanan." Riwayat Ibnu Khuzaimah dan Hakim hadits shahih menurut
keduanya.
َوَعَنْ اِبْنِ عُمَرَ رَضِيَ
اَللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ( لَا
صَلَاةَ بَعْدَ اَلْفَجْرِ إِلَّا سَجْدَتَيْنِ ) أَخْرَجَهُ
اَلْخَمْسَةُ إِلَّا النَّسَائِيُّ. وَفِي رِوَايَةِ عَبْدِ اَلرَّزَّاقِ: ( لَا
صَلَاةَ بَعْدَ طُلُوعِ اَلْفَجْرِ إِلَّا رَكْعَتَيْ اَلْفَجْرِ )
Dari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasululah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tidak ada shalat setelah fajar
kecuali dua rakaat (Shubuh)." Dikeluarkan oleh Imam Lima kecuali Nasa'i.
Dalam suatu riwayat Abdur Razaq: "Tidak ada shalat setelah terbitnya fajar
kecuali dua rakaat fajar."
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Shalat merupakan ibadah mahdzoh yang dilakukan seseorang
langsung kepada Allah SWT. Ibadah shalat berbeda dengan ibadah yang lainnya,
shalat lebih afdzol apabila dilaksanakan dengan berjamaah.
Waktu shalat sesuai dengan hadits nabi adalah:
Waktu Dhuhur ialah jika matahari telah
condong (ke barat) dan bayangan seseorang sama dengan tingginya selama waktu
Ashar belum tiba waktu Ashar masuk selama matahari belum menguning waktu shalat
Maghrib selama awan merah belum menghilang waktu shalat Isya hingga tengah
malam dan waktu shalat Shubuh semenjak terbitnya fajar hingga matahari belum
terbit."
Shalat sunnah rawatib yang dilaksanakan sesuai dengan tuntunan
nabi ada 22 rakaat, dari 22 raka’at rawatib tersebut, terdapat 10 raka’at yang
sunnah muakkad (karena tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW), yaitu:
a. Dua Rakaat Sebelum
Dhuhur
b. Dua Rakaat Setelah
Dzuhur
c. Dua Rakaat Setelah
Maghrib
d. Dua Rakaat Setelah Isya'
e. Dua Rakaat Sebelum
Shubuh
Diantara waktu yang diharamkan melaksanakan shalat
yaitu ketika datang waktu fajar (setelah Shalat Subuh).
DAFTAR
PUSTAKA
Zarkasy Imam, 2002, A Fiqhul wadhih, Gontor
Ponorogo, Darussalam Press
Ghozali
Baqi Mukti, 2005, Terjemah
Al-Lu’lu’ Wal Marjan, Surabaya,
Al-
Ikhlas.
Nasution,1998, Fiqh I, Surabaya, Darussaggaf.
Muhammad Teuku Hasbi As Shidiqi, 2000. Koleksi
Hadits-hadits Hukum 1,
Jakarta,
Yayasan TMH
Hajar
Ibnu Al Asqolani, 2002, Bulughul Maram, Jakarta:
Daarul
Kutub Al Islamiyyah
www.goarticle.com
www.tharahgoarticle.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar